Destinasi Halal Jadi "Core Business" Aceh

Madinah Suara.Com
Selasa, 20 September 2016 | 13:56 WIB
Destinasi Halal Jadi "Core Business" Aceh
Masjid Baiturrahman di Naggroe Aceh Darussalam. [shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Lalu, rebut The World’s Best Halal Cultural Destination 2016, yang di akhir tahun ini akan diselenggarakan. “Saya kira, Reza Pahlevi, Kadisbudpar Aceh sudah memenuhi syarat itu,” sebut Arief.

Kedua, prioritaskan sumber daya keuangan ke sektor pariwisata, yang akan menjadi tempat bergantung di masa depan. Ini sangat penting, karena tanpa keuangan, pariwisata tidak akan bisa berjalan.

“Tugas utama seorang CEO ada dua, yaitu menentukan arah terkait core economy dan portofolio business, kemudian alokasikan sumber daya, termasuk memilih orang dan menyiapkan dana,” kata pengarang buku Paradox Marketing, Great Spirit Grand Strategy dan C2C-Creative to Commerce, yang best seller itu.

Wisata Aceh Harus Jadi Mesin Utama Persaingan Global

Pariwisata harus dijadikan mesin utama yang membawa Aceh menuju persaingan global. Bukan minyak dan gas bumi, bukan minyak kelapa sawit, yang selama ini menjadi menyokong utama ekonomi Indonesia.

“Tidak. Pariwisata akan menjadi penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB), penyumbang devisa, dan menciptakan lapangan kerja yang paling mudah, cepat dan murah,” hipotesis Arief.

Ia menjelaskan, pariwisata menyumbangkan 10 persen PDB nasional, dengan nominal tertinggi di ASEAN. PDB pariwisata nasional tumbuh 4,8 persen, dengan tren naik sampai 6,9 persen, jauh lebih tinggi daripada industri agrikultur, manufaktur otomotif, dan pertambangan.

“Devisa pariwisata sebesar US$ 1 juta menghasilkan PDB sebesar US$ 1,7 juta, atau 170 persen. Jumlah ini tertinggi dibandingkan industri lainnya. Ini yang sering disebut para pejabat bahwa pariwisata menciptakan multiple effect,” jelas laki-laki asal Banyuwangi, yang mengenakan kemeja putih berlogo Wonderful Indonesia itu.

Soal devisa, menpar menjelaskan, pariwisata berada di peringkat ke-4 sebagai penyumbang devisa nasional, yaitu sebesar 9,3 persen dibandingkan industri lainnya. Pertumbuhan penerimaan devisa pariwisata tertinggi, yaitu 13 persen dibandingkan industri minyak dan gas bumi, batubara, dan minyak kelapa sawit, yang rata-rata negatif.

“Biaya marketing yang diperlukan hanya 2 persen dari proyeksi devisa yang dihasilkan. Jadi tinggal diatur saja, mau devisa berapa, diambil 2 persen dari proyeksi itu,” kata Marketeer of The Year 2013 versi MarkPlus itu.

REKOMENDASI

TERKINI