Rahasia Membuat Jengkol Legit Tak Berbau
Untuk olahan lain seperti Balado, Semur, dan Rendang Jengkol, masing-masing bumbunya tidak berubah. Hanya saja, daging diganti dengan kepingan-kepingan buah yang memiliki nama latin Archidendron Pauciflorum tersebut.
Hal yang menarik dari olahan jengkol di Republik Jengkol adalah, baunya yang cenderung tidak terlalu menyengat dan ukuran serta tekstur jengkol yang legit.
Fatoni mengaku tidak sembarang memilih jengkol untuk diolah di kedainya.
"Kami mengutamakan jengkol Jepara, karena rasanya paling enak. Kalau sedang tidak musim, cari dari Sulawesi dan opsi ketiga dari Lampung. Kalau tidak ada juga, cari jengkol tua yang bentuknya bulat-bulat. Itu sudah pasti legit," kata Fatoni.
Untuk proses pengolahan, jengkol yang sudah dibeli kemudian direndam sehari semalam. Hal itu dilakukan agar zat kapur yang menyumbang bau pada jengkol berkurang, serta membuat proses pengelupasan kulit jengkol semakin mudah.
"Kemudian proses perebusan juga berbeda. Untuk menyingkat waktu, jengkol kami presto selama satu jam," ujarnya lagi.
Saat dipresto, jengkol diberi campuran lengkuas yang sudah dimemarkan, dan salam, daun jeruk, serta sereh.
Proses terakhir, jengkol melalui proses penumisan juga. Alasanya, proses penumisan mampu membuat jengkol lebih legit saat dimakan.
Selama sehari penuh, kedai kecil yang hanya mampu menampung 20 orang tersebut membutuhkan rata-rata 50 kg jengkol sehari.
Sementara soal harga di Republik Jengkol, menu-menunya seperti Soto Betawi, Tongseng Jengkol, Balado Jengkol, Jengkol Lada Hitam, Nasi Goreng Jengkol, Rendang Jengkol dibanderol pada kisaran Rp 20 ribu per porsi.
Meski harga jengkol naik-turun tak tentu arah, Fatoni mengaku biasa mensiasatinya dengan porsi yang dikurangi atau ditambah bila surplus jengkol. Menarik ya? Yuk ajak sahabat kopi darat makan jengkol di sana!