Sering Ditolak Kerja, Tunarungu Ini Bikin Kedai Kopi Tuli

Senin, 16 Juli 2018 | 09:52 WIB
Sering Ditolak Kerja, Tunarungu Ini Bikin Kedai Kopi Tuli
Kedai Kopi Tuli. [Suara.com/Firsta Nodia]

Suara.com - Dikaruniai keterbatasan sebagai seorang tunarungu, tak menyurutkan semangat Adhika Prakoso untuk menatap masa depan. Pengalaman pernah ditolak bekerja di sebuah perusahaan, membuat Adhika merasa ingin berbuat lebih untuk membantu teman-teman yang senasib dengannya.

Melihat peluang bisnis di bidang kopi, Ia pun mulai mengajak rekannya yang juga tunarungu, Trierwinsyah dan Putri untuk membuka kedai kopi bernama Koptul alias Kopi Tuli yang berlokasi di Jalan Krukut Raya No.70 Cinere, Depok. Kepada Suara.com, Adhika mengatakan, melalui bisnisnya ini Ia berharap bisa memberdayakan kaum tunarungu agar bisa berdiri di kaki sendiri.

"Kedai kopi kami ini baru dibuka pada 12 Mei 2018 lalu. Dilatarbelakangi kesulitan kami mendapat pekerjaan yang layak karena keterbatasan kami. Inilah yang menjadi semangat saya membuka usaha agar teman-teman tuli bisa memperoleh pekerjaan yang layak," ujar Adhika.

Pemilihan bisnis kopi ini memang bermula dari kecintaan Adhika terhadap kopi. Ia bahkan mengambil kursus singkat untuk belajar meramu dan mengelola bisnis kopi di Toffin.

"Belajar dan dapat mesinnya di Toffin. Satu minggu belajar. Jadi saya belajar mengoperasikan mesin pembuat kopi dan juga bisnisnya. Semua lebih mudah karena saya memang pecinta kopi dan sudah punya basic meramu kopi," ujar Adhika.

Kedai Kopi Tuli. [Suara.com/Firsta Nodia]
Kedai Kopi Tuli. [Suara.com/Firsta Nodia]

Lelaki berusia 27 tahun ini mengatakan, di Kedai Koptul ini pengunjung tak hanya bisa menyeruput kopi yang mereka seduh namun juga mempelajari bahasa isyarat yang digunakannya untuk berkomunikasi sehari-hari. Bahkan di kemasan gelas kopi di gerai ini, Anda akan mendapati simbol Bisindo beserta abjad yang mewakilinya.

"Salah satu tujuan saya membuat simbol Bisindo itu agar pengunjung ketika minum kopi tuli bisa belajar bahasa isyarat dan bertukar informasi dengan teman-teman tuli lebih mudah," imbuh dia.

Adhika sendiri merupakan seorang sarjana lulusan Desain Komunikasi Visual di Binus University. Itu sebabnya desain simbol Bisindo hingga penamaan di Kopi Tuli pun dibuatnya sendiri.

Menurut dia, dunia tuli dan dunia dengar sangat berbeda sehingga Ia berharap simbol Bisindo yang dibubuhkannya di kemasan gelas kopinya bisa membuat dirinya dan pengunjung bertukar banyak informasi.

Baca Juga: Benarkah Kopi Bisa Hilangkan Efek Mabuk?

"Saya melihat pengunjung senang berkumpul dengan teman tuli karena dunia kami sangat berbeda. Ketika mereka menguasai Bisindo kami lebih mudah berbagi informasi," tambah dia.

Kedai Kopi Tuli. [Suara.com/Firsta Nodia]
Kedai Kopi Tuli. [Suara.com/Firsta Nodia]

Meski demikian Adhika mengakui bahwa ia dan teman-temannya pernah mengalami kesulitan saat berkomunikasi dengan pengunjung kedai kopinya. Namun Ia menyiasatinya dengan menyediakan menu minuman dengan simbol A, B, C, D, E, F, G, H, I untuk mempermudah pengunjung ketika akan memesannya. Misalnya ketika saya akan memesan Kosu Koso alias Es Kopi Susu, maka saya hanya tinggal menyebutkan abjad A pada Adhika.

"Kami juga bisa menggunakan kemampuan verbal atau dengan bantuan gestur tangan ketika pengunjung tidak bisa bahasa isyarat," tambah Adhika.

Nah untuk membuat pengunjungnya tidak terpaku dengan layar gawai selama berada di kedia kopi miliknya ini, Adhika sengaja tidak menyediakan wifi. Menurutnya, kedai ini sengaja dibuat agar para pengunjung bisa menciptakan obrolan menarik dengan teman-temannya.

Kedai Kopi Tuli. [Suara.com/Firsta Nodia]
Kedai Kopi Tuli. [Suara.com/Firsta Nodia]

"Jadi di kopi tuli tidak ada wifi agar org bisa berkomunikasi. Biar pure ngobrol dan bisa belajar Bisindo," tambah dia.

Kini Adhika berharap bisa melebarkan sayap Koptul di industri kopi sehingga bisa membantu lebih banyak lagi teman tuli agar bisa mandiri dan produktif.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI