Petulo, jajanan tradisional dengan siraman kuah ini memiliki bahan dan cita rasa yang serupa dengan Putu Mayang.
Kala bulan Ramadhan, Petulo merupakan salah satu jajanan takjil yang jadi primadona di Banyuwangi.
Petulo yang terbuat dari tepung beras, diuleni hingga kalis, lantas dicampurkan beragam pewarna makanan, macam warna hijau, pink dan putih.

Saat telah siap, adonan tepung Petulo kemudian dicetak melalui alat khusus.
Cetakan tersebut membuat Petulo tampak seperti cikal kerupuk yang masih basah, atau kelindan spaghetti aneka warna.
Setelah berbentuk mie, adonan tersebut dikukus selama 15 menit.

Petulo kemudian disajikan sembari disiram kuah atau yang oleh masyarakat setempat disebut juruh, terbuat dari santan dan gula merah.
Kopai osing
Kopi khas suku Osing di Desa Kemiren, Banyuwangi ini dikenal sebagai kopai osing.
Baca Juga: Sepotong Ice Candy nan Abadi, Es Legendaris Kadoya Shokudo di Jepang
Kopi ini diolah menggunakan wajan tanah liat dengan pengapian kayu bakar.
Untuk menjaga cita rasanya nan khas, biji kopai osing diperlakukan istimewa.
Setelah dipetik, kopi tidak dicuci, namun lantas disangrai selama 15 menit agar kematangannya merata.
Saat diseduh menggunakan gelas, kopi ini harus diaduk menggunakan sendok kayu agar cita rasanya tetap terjaga.
Tak heran, kopai osing dengan rasanya yang pahit dan asam begitu terasa di lidah.

Konon, rasa kopai osing nan unik, sangat dipengaruhi kondisi geografis alamnya.