“Yang beli belakangan ini kebanyakan pemudik. Mereka yang lewat, itu mampir, terus jajan. Kebanyakan jajan di sini sambil pesan kopi, tapi ada juga yang dibungkus buat di jalan,” kata Yono yang sudah puluhan tahun berjualan mendoan.
Pembeli, lanjut Yono juga banyak dari warga lokal Banyumas dan sekitarnya. “Kalau warga sini, biasanya beli untuk lauk makan nasi, teman ngopi, menjamu tamu, atau kalau ada acara,” kata Yono, serupa dengan cerita yang dikisahkan lagu dari Sopsan.
Hal yang sama dirasakan penjual mendoan lainnya di Purwokerto, Daryati. Perempuan 58 tahun yang sudah bertahun-tahun berjualan di dekat Pasar Wage ini, selalu merasakan peningkatan omzet saat memasuki bulan Ramadan hingga libur Lebaran.
“Saat Ramadan, itu banyak masyarakat lokal yang butuh untuk keperluan buka puasa atau sahur. Kalau libur Lebaran, itu juga banyak yang dari luar daerah membeli ke sini,” kata dia.
Saat momentum ramai itu, dia bisa menjual mendoan sekitar 500 buah per hari. Jumlah itu meningkat, karena di hari biasa berkisar 200-300 buah.
“Rasanya lebih capek, karena jualan sore sampai malam hari, dan menggoreng banyak. Tapi seneng juga, karena omzetnya meningkat,” kata dia.
Kontributor : Teguh Lumbiria