Menurut dia, Desa Kartun tidak akan kuat tanpa ada fondasinya dan fondasi itu berasal dari generasi yang ada di Desa Sidareja.
"Nah, kartun ini di sekolahan ini ada kurikulumnya. Jadi dengan 8 bulan berjalan, anak-anak akan dilatih dasar-dasar menggambar, bagaimana mencari ide, hingga akhirnya pada bulan kedelapan mereka akan berkompetisi," katanya.
Selanjutnya, siswa-siswa tersebut akan disaring sehingga mendapatkan talenta yang bakal dikembangkan untuk berkompetisi di tingkat internasional.
Sedangkan untuk Desa Kartun, kata dia, pihaknya ingin menggapai pasar yang ada di luar, baik untuk meningkatkan perekonomian warga maupun meningkatkan kecintaan anak-anak terhadap tradisi leluhur atau nenek moyang bangsa Indonesia melalui kartun.
"Kita banyak terpapar ya oleh dunia luar, tapi ini adalah suatu tempat yang tidak hanya 'instagramable', tapi ada edukatifnya, kemudian mereka bisa membangkitkan lagi dan mengenal lagi nenek moyangnya mereka," jelasnya.
Dalam hal ini, nantinya di setiap rumah akan ada cerita melalui lukisan mural berdasarkan legenda yang berkembang di Desa Sidareja.
Disinggung mengenai sumber dana yang digunakan untuk merintis Desa Kartun, Gita mengatakan hal itu berasal swadaya pribadi serta dukungan produk dari sejumlah perusahaan alat tulis.
Kehadiran Desa Kartun dan Sekolah Kartun tersebut mendapat sambutan positif dari Pemerintah Desa Sidareja dan warga setempat khususnya anak-anak.
"Dengan adanya Kie Art Cartoon School ini diharapkan dapat memberi dampak positif bagi anak-anak yang saat sekarang disibukkan dengan bermain gawai dan game. Semoga kegiatan ini akan mengedukasi anak-anak karena dengan menggambar dapat melatih kejujuran," kata Sekretaris Desa Sidareja Wasis Wangsa Wijaya.
Baca Juga: Gandeng Partisipasi Masyarakat, FKY 2020 Adakan Kompetisi Mulanira
Menurut dia, imajinasi yang muncul dalam sebuah lukisan merupakan wujud kejujuran dari seorang pelukis, sehingga dengan adanya kegiatan melukis diharapkan dapat menumbuhkan jiwa yang jujur pada diri anak-anak.