
Karmin dibuat dari serangga berjenis cochineal atau kutu daun yang menghabiskan hidupnya menempel pada kaktus pir berduri di Amerika Tengah dan Selatan.
Dipanen selama ratusan tahun atau lebih, serangga ini sekarang sebagian besar ada di perkebunan kaktus pir berduri di Peru dan Kepulauan Canary.
Inilah sebabnya, mengapa negara Peru adalah eksportir terbesar dari pewarna alami ini, dengan rata-rata 70 ton per tahun. Bayangkan, untuk membuat 1 pon karmin, dibutuhkan 70 ribu ekor serangga ini. Itu berarti banyak sekali!
Bantalan pir berduri dikumpulkan dan kemudian disimpan di gudang, tempat para pekerja mengumpulkan serangga tersebut.
Untuk diketahui, cochineal betina menghabiskan hidupnya dengan menggali tanaman tersebut, jadi cukup sulit untuk mengekstraknya.
Setelah ditarik, serangga tersebut kemudian disortir dan dijemur. Lalu dihancurkan, untuk mendapatkan warna merah cerah dari dalam tubuh serangga. Bagian luar serangga berwarna abu-abu yang dilapisi bubuk pelindung putih, jadi kontrasnya sangat mengesankan!
Serangga yang telah dihancurkan kemudian dicampur dengan larutan alkohol asam, yang menonjolkan aspek pewarna yang akan digunakan.
Inilah sebabnya mengapa pewarna terkadang disebut ekstrak cochineal. Saat ini ekstraknya dicampur dengan air dan zat cair lainnya, untuk menghasilkan pigmen merah yang sangat cerah.
4. Apakah karmin aman sebagai pewarna makanan?
Baca Juga: Bunda Mesti Tahu, Ini Penyebab Umum Gigi Karies Pada Anak

Jawabannya adalah ya, jika kamu tidak memiliki alergi terhadapnya. Karena terbuat dari bahan alami, karmin juga tidak memiliki risiko kesehatan tertentu.
Ini juga dianggap sebagai sumber daya yang umumnya dapat diperbarui, yang menjadikannya pilihan yang lebih baik daripada banyak pewarna beracun yang digunakan di pasaran saat ini.
Serangga memang dapat menjijikkan bagi banyak orang, itulah sebabnya ada kehebohan ketika publik mengetahui dari mana pewarna itu dibuat.
Tetapi jika kamu dapat memahami ide tersebut, ini adalah pilihan terbaik dibandingkan pewarna sintetis yang menyebabkan beberapa kondisi kesehatan, termasuk kanker, attention-deficit hyperactivity disorder (ADHD), masalah reproduksi, dan alergi.