4 Fakta Sejarah dan Budaya dalam Kuliner Gorontalo

Risna Halidi Suara.Com
Jum'at, 17 Desember 2021 | 19:03 WIB
4 Fakta Sejarah dan Budaya dalam Kuliner Gorontalo
Kuliner Gorontalo Alopa (Dok Lingkar Temu Kabupaten Lestari)

Suara.com - Kuliner daerah memang selalu menarik untuk diulik, termasuk kuliner Gorontalo yang belum terlalu luas dikenal. Padahal, Gorontalo punya kekayaan kuliner yang menakjubkan, dan sudah menjadi bagian dari budaya warga Gorontalo.

Food anthropologist dan peserta MasterChef Indonesia Musim 8, Seto Nurseto mengatakan, makanan terkait erat dengan siklus kehidupan manusia.

Karena itu, ia meyakini, ada makanan Gorontalo yang terkait kelahiran, pernikahan, dan kematian.

"Salah satunya, Tili’aya, yang menjadi syarat dalam acara syukuran adat,” kata Seto dikutip Suara.com dari siaran tertulis Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL), Jumat (17/12/2021).

Kuliner Gorontalo Nasi Kuning, Tili'aya (Dok. Lingkar Temu Kabupaten Lestari)
Kuliner Gorontalo Nasi Kuning, Tili'aya (Dok. Lingkar Temu Kabupaten Lestari)

Seperti apa profil kuliner Gorontalo? Yuk, kita telusuri jejak sejarah dan budaya yang terkait kuliner Gorontalo

1. Pengaruh Arab yang Kuat
Seto yang juga merupakan dosen antropologi di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Padjadjaran Bandung menjelaskan, kuliner Gorontalo memiliki sejarah panjang. 

Ketika bangsa Arab, Cina, dan Belanda datang, berbagai sisi kebudayaan etnis Gorontalo terpengaruh, termasuk budaya kulinernya.

"Pengaruh Islam dalam kuliner Gorontalo sangat kuat. Kuliner menjadi identitas pembeda antara Gorontalo dan etnis lain yang menjadi tetangganya, misalnya Minahasa."

"Karena kepercayaan yang berbeda, bahan pangan yang digunakan jadi berbeda. Jika etnis Minahasa mengonsumsi daging babi, etnis Gorontalo mengonsumsi daging sapi."

Baca Juga: 5 Menu Sarapan Ala Jepang yang Wajib Kamu Coba, Ada Tamagoyaki hingga Onigiri!

Dikatakan Zahra Khan, seorang pelaku UMKM Bakul Goronto, saat bangsa Arab datang dan menyebarkan agama Islam, saat itulah kuliner Gorontalo juga banyak terpengaruh.

"Makanan Arab menggunakan banyak sekali rempah aromatik, seperti kayu manis, jinten, dan ketumbar. Sejak masuknya Islam lewat bangsa Arab, banyak masakan Gorontalo yang kemudian menggunakan rempah dengan aroma yang kuat."

"Misalnya, Ayam Bakar Iloni (bumbu rempah), Kambing Bakar Balanga, dan Kuah Tabu Moitomo (sebutan lain Kuah Bugis). Ini juga menunjukkan bahwa makanan Gorontalo juga dipengaruhi daerah tetangga yang lebih dulu kedatangan bangsa Arab, seperti Bugis.” 

2. Kuliner Gorontalo di Perayaan Agama
Karena pengaruh Arab, maka peringatan keagamaan pun dihiasi oleh makanan Gorontalo. Misalnya, 12 Rabiul Awal, yang menjadi hari lahir Rasulullah, disimbolkan dengan pangan.

Zahra bercerita, penganan yang wajib ada adalah satu ekor ayam utuh, serta nasi kuning, putih, dan merah. Nasi putihnya pun bukan nasi putih biasa, melainkan Bilindi.

"Bilindi merupakan nasi yang dimasak dengan santan dan bumbu rempah, seperti pala dan cengkeh. Semacam kebuli tapi warnanya tidak terlalu cokelat. Nasinya dilengkapi dengan hati dan ampela ayam, serta suwiran ayam kampung," katanya. 

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI