Suara.com - Jatuh tepat pada 1 Februari pada tahun ini, hari raya Imlek masih menjadi perayaan yang dinanti dan disambut antusias oleh sebagian besar masyarakat Tionghoa di Indonesia. Hari raya Imlek menjadi momen terbaik untuk masak dan makan hidangan lezat, kumpul bersama keluarga besar, sampai berbagi rezeki melalui tradisi membagikan angpao.
Menilik kembali sejarahnya di tanah air, Imlek sendiri baru diakui secara resmi sebagai hari libur nasional dan perayaan kebudayaan resmi pada era Reformasi. Setelah sebelumnya perayaannya dilarang, Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur mencabut larangan tersebut pada tahun 2000.
Di Indonesia, Imlek merupakan waktu untuk beribadah terutama bagi pemeluk agama Konghucu. Sementara, bagi warga Tionghoa beragama lain, Imlek menjadi ajang untuk bertemu saudara dan kerabat yang sudah lama tidak ditemui, berbagi makanan dan uang, sampai berlibur dan bertamasya.
Sementara itu, di negara asalnya, Imlek atau Tahun Baru Cina memiliki beberapa makna dan perayaan yang benar-benar berbeda. Ada sejumlah tradisi yang sama sekali tidak dilakukan di Indonesia, yang bahkan masyarakat Indonesia dengan darah Tionghoa saja belum tentu mengetahuinya.
Dari pengucapan ‘Gong Xi Fa Chai’ yang ternyata kurang tepat padahal sangat lazim diucapkan pada saat Imlek di Indonesia, sampai nilai-nilai filosofis yang mendalam dari beragam aktivitas dan tradisi yang dilakukan dalam memperingati Tahun Baru Imlek.
Dekoruma sudah mengumpulkan enam fakta unik dan menarik dari perayaan hari raya Imlek yang jarang diketahui oleh orang lain, termasuk Anda yang mungkin merayakan Imlek bersama keluarga setiap tahunnya.
1. Di Negara Asalnya, Imlek Disebut dengan Festival Musim Semi
Di Cina, Imlek juga dikenal sebagai festival musim semi atau ‘chunjie’ daripada sebagai ajang tahun baru atau ‘Nongli Xinnian’. Imlek menandakan pergantian musim dari musim dingin menuju ke musim semi. Maka dari itu, Imlek jatuh di bulan Januari atau Februari setiap tahunnya dengan tanggal yang berbeda-beda.
Menariknya, Imlek juga menjadi libur nasional yang terpanjang di Cina. Minimal berlangsung selama lima belas hari sampai puncaknya pada Cap Go Meh yang mana akan ada serangkaian ritual ibadah dan sembahyang yang akan dilakukan.
Namun, libur Imlek terpanjang malah bisa mencapai 40 hari lamanya. Ini dikarenakan perayaan Imlek digabung dengan perayaan festival-festival lain sepanjang musim semi.
Baca Juga: Sederet Makanan Ini Bawa Keberkahan Saat Tahun Baru Imlek, Penuh Filosofi
2. Punya Kemiripan dengan Perayaan Idul Fitri
Dengan banyaknya hari libur selama Imlek, momen ini menjadi waktu bagi masyarakat di Cina untuk pulang kampung atau mudik. Arus mudiknya pun sangat masif dengan rekor 3 miliar perjalanan yang dilakukan oleh warga yang pulang ke daerah asalnya pada Imlek tahun 2020.
Fenomena ini merupakan rekor migrasi terbesar manusia di dunia dan polanya memiliki kemiripan dengan perayaan Idul Fitri di Indonesia. Yang mana, masyarakat yang merayakan lebaran akan pulang ke kampung halaman untuk merayakan lebaran bersama keluarga.
Konsep ini juga yang dilakukan oleh penduduk Cina yang merayakan tahun baru Imlek bersama keluarganya, seraya melakukan tradisi-tradisi khas Imlek yang beberapa juga dilakukan oleh masyarakat Tionghoa di Indonesia.
3. Ucapan ‘Gong Xi Fa Chai’ Ternyata Kurang Tepat
Sebelum masuk ke kebiasaan dan tradisi yang familiar dengan masyarakat Indonesia, satu tradisi yang kurang tepat dan dilakukan oleh orang-orang yang merayakan Imlek di Indonesia adalah ucapan ‘Gong Xi Fa Chai’. Ucapan ini sudah sangat terkenal, bahkan orang yang tidak merayakan Imlek juga tahu apa artinya.
Meskipun demikian, ‘gong xi fa chai’ ternyata tidak ada hubungannya dengan Imlek. Ungkapan ini artinya mendoakan orang untuk mendapat kekayaan dan rezeki. Padahal, asal-usul ucapan ini adalah tentang mitologi Cina yang mengalahkan monster bernama Nian dan semua orang mengucapkan ‘gong xi’ yang berarti selamat.
Lebih tepat untuk mengucapkan ‘Xi Nian Kuai Le’ yang memang memberikan selamat terhadap momen pergantian tahun. Ucapan ini berarti mengharapkan kebahagiaan dalam menyambut tahun baru yang lebih sesuai dengan momen Imlek.