Pada dasarnya, Tongkonan terdiri dari banua sura’ atau rumah yang diukir dengan alang sura’ atau lumbung yang diukir. Keduanya disimbolkan sebagai suami istri, banua sebagai seorang ibu yang melindungi anaknya, sementara alang adalah ayah yang menjadi tulang punggung.
Arah Rumah Adat Tongkonan
Banua Tongkonan selalu dibangun menghadap utara sebagai simbol arah kepada sang pencipta, yaitu Puang Matua. Arah selatan melambangkan nenek moyang dan dunia kemudian, arah timur dengan kedewaan, dan arah barat sebagai nenek moyang yang didewakan. Banua dibangun secara bertahap dengan selisih yang cukup lama.
Ukiran Dinding
Salah satu hal yang membuat rumah adat satu ini terlihat cantik adalah ukiran dinding yang sangat detail. Dinding dari tanah liat ini memiliki ukiran dengan empat warna dominan yaitu merah, putih, kuning, dan hitam. Merah sebagai lambang kehidupan, putih sebagai simbol suci, kuning sebagai simbol kekuatan, dan hitam sebagai simbol duka.
Atap Seperti Perahu
Keunikan rumah Tongkonan juga terlihat pada atapnya. Atap rumah Tongkonan yang melengkung dari satu sisi ke sisi lainnya akan mengingatkan kita pada perahu. Bahan atap ini terdiri dari tumpukan bilah bambu yang dilapisi rumbia, alang-alang, seng, atau ijuk. Namun pada rumah tongkonan berusia tua, atapnya bisa saja terbuat dari batu.
Kontributor : Hillary Sekar Pawestri