Profesor di Universitas Sophia di Tokyo Yuka Minagawa mengatakan bahwa fenomena resesi seks itu termasuk gejala dari kemajuan yang dicapai wanita Jepang dalam beberapa tahun terakhir.
Faktor lainnya terkait finansial, seperti biaya pernikahan yang tinggi juga jadi alasan rendahnya keinginan untuk menikah.
“Faktor yang mungkin menyebabkan keengganan wanita Jepang untuk menikah adalah meningkatnya biaya pernikahan,” tulis Naohiro Yashiro, seorang profesor di Universitas Wanita Showa, dalam esai baru-baru ini untuk situs web Forum Asia Timur.
Capaian pendidikan yang lebih tinggi, lebih banyak perempuan muda yang memiliki upah sama dengan laki-laki, sehingga rata-rata masa pencarian pasangan jadi lebih lama.
Menirut Naohiro, rata-rata usia perkawinan pertama bagi perempuan di Jepang ialah 29 tahun, jauh melampaui 25 tahun pada 1980-an ketika sebagian besar perempuan hanya lulusan SMA.