Suara.com - Perdebatan soal galon guna ulang dan galon sekali pakai hingga kini masih menjadi pembahasan di masyarakat. Terbaru, Penelitian Lembaga Penyelidikan Ekonomi Masyarakat Fakultas Ekonomi Bisnis, Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) menyatakan salah satu alasan konsumen memilih galon guna ulang adalah membantu meminimalkan dampak lingkungan.
Riset menyatakan bahwa tanpa penggunaan galon guna ulang, 7 dari 10 konsumen akan beralih pada penggunaan kemasan sekali pakai. Dengan demikian, hal ini akan berpotensi meningkatkan timbulan sampah kemasan sekali pakai hingga 770 ribu ton per tahun.
![Ilustrasi galon air isi ulang. [Istimewa]](https://media.suara.com/pictures/original/2022/05/11/87543-ilustrasi-galon-air-isi-ulang-istimewa.jpg)
‘’Akibatnya, emisi sampah plastik akan bertambah hingga 1.655.500 ton per tahun,” papar Bisuk Abraham Sisungkunon, peneliti ekonomi lingkungan LPEM FEB UI dalam keterangannya baru-baru ini.
Selain mengurangi dampak terhadap lingkungan, penggunaan galon guna ulang juga berkontribusi positif bagi perekonomian nasional melalui sumbangan terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional hingga Rp 460 miliar.
Sektor galon guna ulang juga mendorong penciptaan lapangan kerja nasional sebesar 16.732 yang berasal dari 13.316 kesempatan kerja langsung sebagai agen pemasaran produk, pekerja depo, sopir truk distribusi hingga potensi penambahan 3.416 lapangan kerja tidak langsung dari sektor industri ini.
Yani, seorang pedagang warteg di daerah Cisalak, mengaku sudah puluhan tahun menggunakan wadah galon guna ulang untuk tempat air minum bagi para pembelinya, tapi belum ada satupun yang komplain terkena penyakit.
“Saya sangat terbantu dengan adanya galon guna ulang ini karena lebih praktis dan ekonomis. Tapi, kalau saya memakai galon tipis yang sekali pakai, itu akan sangat merepotkan bagi saya untuk mencari tempat membuangnya. Kalau mau dipakai lagi kan tidak boleh katanya,” ujarnya.