Dalam kitab tersebut juga dituliskan pendapat dari sosok bernama Syekh Ali Al Khawwas.
"Lailatul qadar adalah setiap malam di mana manusia mendekatkan diri kepada Allah. Inilah dasar pendapat orang yang mengatakan lailatul qadar ada di setiap bulan. Saudaraku, Syeikh Afdhaluddin menceritakan bahwa ia melihat lailatul qadar pada bulan Rabiul Awwal dan Rajab. Karena itu, maksud ayat 'Inna Anzalnahu fi Lailatul Qadr' adalah malam pendekatan. Setiap malam yang bisa mendekatkan (hamba kepada Tuhan) adalah lailatul qadar," tulisnya.
Pemahaman kelompok kedua seperti Syekh Ali Al Khawwas memiliki pandangan yang lebih umum terkait Lailatul Qadar. Dari perbedaan pandangan tersebut Hengki Ferdiansyah kemudian menarik kesimpulan bahwa hal tersebut tergantung dari pendefisian Lailatul Qadar.
Jika Lailatul Qadar didefinisikan sebagai malam untuk mendekatkan diri kepada Allah, maka ini bisa terjadi di bulan lain selain Ramadhan. Namun, jika mendefinisikan Lailatul Qadar sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan, artinya kemungkinan besar hanya terjadi saat Ramadhan.