Sementara waktu itu anak bayi new born itu masih sulit, ya, kadang bangun tengah malam. Jadi maksudnya mental dan fisik saya kurang, karena jam tidurnya juga kurang, jadi capek. Lebih capek jasmani dan rohani.
Untuk mengatasinya, alhamdulillah ada assessment untuk menyatakan ‘Kamu siap nggak sih untuk membawa kereta lagi?’. Nah, itu ditanyain oleh pihak kantor. Jadi kita itu curhat juga, apa kira-kira keluh kesah kita. Dan kita siap nggak, sih, untuk membawa kereta lagi gitu. Jadi dari pihak kantor pun juga memastikan ke kita, ‘sudah siap belum untuk membawa kereta kembali’ gitu.
Jadi kita memang terbuka di sini, kalau ada yang kurang nyaman atau kurang sesuatu yang dipikirkan, langsung diomongin. Soalnya kayak saya saja, nih, mau dinas pasti selalu ada assessment, ‘Apakah ada permasalahan hari ini, bagaimana keadaannya sehat atau enggak?' kayak gitu.
5. Bagaimana MRT mendukung perempuan di dunia kerja, kebijakan apa saja yang dimiliki untuk mendukung perempuan terus berkarier? Bagaimana dengan ruang cuti haid, dan ruang laktasi untuk pekerja, apakah perusahaan menyediakan?
Kalau MRT ini alhamdulillah gender equity-nya sangat baik. Di sini ada fasilitas berbagai macam untuk wanita, salah satunya untuk fasilitas antar jemput malam. Tak hanya masinis, tapi karyawan operasional wanita di MRT Jakarta itu mendapatkan fasilitas antar jemput, terus ada cuti haid, cuti hamil dan cuti melahirkan.
Untuk fasilitas, ada cuti haid, cuti melahirkan. Dan saat hamil, karena kami pekerja lapangan, jadi sementara dipindah ke kantor dulu. Kemudian disini ada ruang menyusui juga.
6. Bagaimana peran suami dalam mendukung karier sebagai masinis dan ibu dari anak anak?
Suami saya office hour dari Senin sampai Jumat, seperti biasa Sabtu Minggu libur. Sementara saya ini tentunya nggak libur Sabtu Minggu terus-terusan. Itu cuma beberapa kali saja, dan jadi di saat saya bekerja itu suami yang jaga anak.
Nanti kemudian ketika suami saya bekerja, jika ada waktu, saya yang jaga anak. Lebih ke kita support system saja sih yang harus baik. Karena kita juga jarang ketemu kan waktunya, weekend juga gak bareng, jadi harus memaksimalkan waktu quality time-nya itu bersama suami dan anak.
Baca Juga: Geger Tabrakan Kereta di Bandung, Ketahui Posisi Duduk Paling Aman di KA Jarak Jauh
7. Masinis dianggap sebagai pekerjaan laki-laki, bagaimana tanggapannya dengan stereotip tersebut?
Memang awalnya begini dari lingkungan terdekat saya, kayak ayah saya pun itu bilang, 'Kamu kan perempuan, yakin mau jadi masinis?’ Terus saya bilang ‘Ya karena perusahaan sudah percaya sama saya dan buktinya perusahaan percaya, dan banyak pekerjaan profesional juga yang didominasi oleh perempuan, kenapa kita gak bisa’. Terus akhirnya saya meyakinkan keluarga saya, Alhamdulillah bisa dan mampu.
8. Bersamaan dengan Hari Kartini, sebagai seorang wanita yang saat ini juga memiliki kesempatan bekerja dengan para pria, bagaimana memaknai Hari Kartini?
Hari Kartini ini kalau menurut saya merupakan harinya para perempuan. Harinya di mana para perempuan itu harusnya bangga dengan profesi apapun yang kita miliki. Dan juga kita sudah sampai sejauh ini, kita sudah hebat, dan jangan lupa untuk terus meng-improve diri kita menjadi lebih baik. Kita harus bangga dengan apa yang sudah di dalam diri kita. Kita sudah bertahan sampai sekarang, kamu sudah hebat.
9. Apakah ada tips dan pesan untuk para perempuan dalam mengejar mimpinya meski sudah berumah tangga?
Yang penting jangan pernah menyerah. Mungkin kalau saya sudah menyerah, saya nggak bakal ada di titik ini. Karena dulu kan saya sudah mencoba banyak pintu juga, namun belum ada yang terbuka untuk saya. Dan Alhamdulillah pintu masinis ini yang terbuka untuk saya.