Istilah Wafuku mulai digunakan pada periode Meiji untuk membedakan pakaian tradisional Jepang dan pakaian bergaya Barat yang disebut Youfuku.
Pada periode Meiji, Kimono digunakan untuk menyebut pakaian tradisional Jepang, namun pengertian Kimono menjadi lebih sempit dan khusus menjadi Jubah yang berbentuk seperti huruf ‘T’ menyerupai mantel berlengan panjang dan berkerah.
Panjang Kimono dibuat hingga menyentuh ke pergelangan kaki. Adapun beberapa jenis Wafuku selain Kimono antara lain; Hakama, Haori, Inverness/Tonbi, Happi, Jinbei, Samue, Hanten, Kappogi, Sokutai, Juunihitoe, Suikan, Tanzen, dan lain sebagainya.
Kimono sekarang ini lebih sering dikenakan wanita pada kesempatan istimewa. Wanita yang belum menikah mengenakan sejenis kimono yang disebut furisode.
Ciri khas furisode bisa terlihat dari lengan yang lebarnya hampir menyentuh lantai.
Sementara untuk kaum Adam, kimono dipakai pada pesta pernikahan, upacara minum teh, dan acara formal lainnya. Ketika tampil di luar arena sumo, pesumo profesional diharuskan mengenakan kimono.
Kimono untuk laki-laki dibuat dari bahan berwarna gelap seperti hijau tua, coklat tua, biru tua, dan hitam.
Sebutan lain untuk kimono adalah gofuku. Istilah gofuku mulanya dipakai untuk menyebut pakaian orang negara Go yang tiba di Jepang dari daratan Cina.
Bagi masyarakat Jepang kimono memiliki arti penting bagi kehidupan mereka yaitu pakaian yang dipakai sebagai tahap peralihan kehidupan mulai dari kelahiran sampai kematian.