Contoh Khutbah Jumat Bulan Safar: Menepis Kepercayaan Sial

Kamis, 08 Agustus 2024 | 13:59 WIB
Contoh Khutbah Jumat Bulan Safar: Menepis Kepercayaan Sial
Khutbah jumat bulan safar (freepik)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Safar adalah bulan kedua dalam penanggalan Hijriah, di mana berdasarkan kalender konversi Hijriah ke Masehi yang disusun oleh Kementerian Agama RI, umat Islam telah memasuki bulan Safar 1446 H pada tanggal 6 Agustus 2024.

Bulan Safar seringkali diasumsikan dengan kesialan dan bencana, bahkan ada sejumlah masyarakat yang memiliki keyakinan negatif dan menghindari menggelar acara seperti pernikahan dan sebagainya di bulan Safar. Perlu dipahami bahwa kesialan dan keberuntungan adalah hak prerogatif Allah STW, yang menentukan qadha dan qadar kehidupan manusia di dunia ini. Nah, hal ini bisa menjadi bahan atau materi dakwah untuk disampaikan pada khutbah Jumat di bulan Safar. 

Contoh Khutbah Jumat Bulan Safar

الحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ خَلَقَ الزّمَانَ وَفَضَّلَ بَعْضَهُ عَلَى بَعْضٍ فَخَصَّ بَعْضُ الشُّهُوْرِ وَالأَيَّامِ وَالَليَالِي بِمَزَايَا وَفَضَائِلِ يُعَظَّمُ فِيْهَا الأَجْرُ والحَسَنَاتُ


أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ


اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ علَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمّدٍ وَعَلَى آلِه وأصْحَابِهِ هُدَاةِ الأَنَامِ في أَنْحَاءِ البِلاَدِ


أمَّا بعْدُ، فيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ تَعَالَى بِفِعْلِ الطَّاعَاتِ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ

Jemaah sholat Jumat yang berbahagia dan dirahmati Allah SWT, 

Mudah-mudahan dengan bergulirnya waktu, kita semua senantiasa dilindungi oleh Allah SWT. Termasuk pada saat ini yang tengah berada di bulan Safar. Apalagi diberikan nikmat Islam dan sehat, sehingga kita semua dapat menghadiri panggilan sholat Jumat berjamaah.

Mudah-mudahan dengan kurnia yang diterima tersebut kita semua terus berupaya untuk meningkatkan takwallah, yaitu menjalankan perintah dan menjauhi hal-hal yang dilarang. Mudah-mudahan kita semua juga kelak ditakdirkan husnul khatimah dan dimasukkan ke dalam surga. 

Baca Juga: Sering Dianggap Penuh Kesialan, Ini 5 Keutamaan Bulan Safar

Jemaah sholat Jumat yang dirahmati Allah SWT,

Pada zaman jahiliah, ada anggapan bahwa bulan Safar adalah bulan sial atau dikenal dengan istilah tasya-um. Bulan yang tidak memiliki kehendak apa-apa ini diyakini mengandung keburukan, sehingga ada ketakutan tersendiri bagi mereka untuk melakukan hal-hal tertentu. Pikiran semacam itu ternyata juga masih menjalar di zaman sekarang, di mana sebagian orang menganggap bahwa hari-hari tertentu membawa hoki alias keberuntungan, sementara hari-hari lainnya mengandung sebaliknya. 

Padahal, sebagaimana bulan-bulan lainnya, bulan Safar netral dari kesialan atau ketentuan nasib buruk. Jika pun ada kejadian buruk di dalamnya, maka hal itu semata-mata karena faktor lain, bukan karena bulan Safar itu sendiri. 

Jemaah yang berbahagia,

Islam tidak mengenal hari, bulan, ataupun tahun sial. Sebagaimana seluruh keberadaan di alam raya ini, waktu adalah makhluk Allah SWT, di mana waktu tidak bisa berdiri sendiri. Ia berada di dalam kekuasaan dan kendali penuh Rabb-nya. Setiap umat Islam wajib berkeyakinan bahwa pengaruh baik atau buruk tidak ada tanpa seizin Allah SWT. Begitu juga dengan bulan Safar, ia adalah bagian dari dua belas bulan dalam satu tahun hijriah. Safar adalah bulan kedua dalam kalender Qamariyah, yang terletak sesudah Muharram dan sebelum bulan Rabiul Awwal.

Rasulullah SAW juga menampik anggapan negatif masyarakat jahiliah tentang bulan Safar dengan sejumlah praktik positif. Ada beberapa peristiwa penting yang dialami oleh Rasulullah SAW terjadi pada bulan Safar, di antaranya adalah pernikahan beliau dengan Sayyidah Khadijah, menikahkah putrinya Sayyidah Fatimah dengan Ali bin Abi Thalib, hingga mulai berhijrah dari Makkah ke Madinah. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI