Tak berselang lama, suaminya meninggal dunia sehingga menjadikan Siti Khadijah sebagai janda kaya raya pada saat itu karena sang suami juga meninggalkan jaringan perniagaan.
Kemudian, Siti Khadijah menikah lagi dengan Atiq bin ‘A’id bin Abdullah al-Makhzumi. Tak berselang lama, suaminya keduanya pun meninggal dunia dengan meninggalkan harta serta perniagaan.
Dengan demikian, Siti Khadijah menjadi janda terkaya di golongan Quraisy sehingga banyak bangsawan yang melamarnya, namun ia menolak karena perhatiannya ingin tertuju pada anak.
Suatu ketika, Nabi Muhammad sedang mengelola barang dagangan milik Siti Khadijah untuk dijual ke Syam bersama Maisyarah.
Setibanya dari perjalanan tersebut, Maisyarah menceritakan segala sesuatu tentang Nabi Muhammad, termasuk watak dan kepribadian sang Rasul.
Melihat perangai Nabi Muhammad yang jujur, berbudi pekerti, wajah yang rupawan, serta kepiawaian dalam berdagang, Siti Khadijah pun semakin mengagumi sosok Nabi Muhammad.
Dari situlah awal mula munculnya rasa cinta Siti Khadijah kepada Nabi Muhammad hingga akhirnya mereka melangsungkan pernikahan dengan mas kawin 20 ekor unta muda.
Saat menikah, usia keduanya terpaut cukup jauh. Nabi Muhammad kala itu berusia 25 tahun, sementara Siti Khadijah 40 tahun.
Pernikahan mereka berlangsung selama 25 tahun. Hingga akhirnya memisahkan keduanya ketika Khadijah wafat pada usia 65 tahun.
Baca Juga: Suswono: Sistem Zonasi PPDB Sangat Tepat Diterapkan di Jakarta
Kontributor : Damayanti Kahyangan