Ceramah Gus Baha Diduga Kritik Orang-Orang NU: Kiai Jangan Mau Diatur-atur Orang Kaya

Farah Nabilla Suara.Com
Senin, 16 Desember 2024 | 13:36 WIB
Ceramah Gus Baha Diduga Kritik Orang-Orang NU: Kiai Jangan Mau Diatur-atur Orang Kaya
Gus Baha soal media sosial. (Facebook/Gus Baha)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Akhirnya ya goblok beneran. Pondok NU juga ikut-ikutan tren. Bikin acara, ya pengajian umum. Yang datang banyak. 

Masak, pondok NU mengundang Ustad/Kiai yg tidak jelas. Karena ikut tren tadi. Tidak tahu, keduanya itu kategorinya apa, detailnya mereka. Musibah lagi, warga NU membaca tulisan Gus Ulil, Nusron bahkan Abu Janda, tapi tidak tahu naskahnya Mbah Hasyim Asy’ari. 

Saya hanya ingin, tradisi ilmiah di NU itu kembali. Kiai tidak boleh diatur orang kaya. Jika tidak, NU bisa habis (orang alimnya). Saya di NU ditugasi ini, bukan yang lain. Maka, saat saya di Lirboyo, saya bilang ‘Gus Kafa, saya lebih senang disambut 4 santri yang benar-benar niat ngaji daripada banyak santri yang niatnya tidak jelas’. Kemudian, setiap kali saya ke Lirboyo, anak, mantu, cucu dikumpulkan dulu ngaji sama saya. 

Jika, kita 5 tahun saja memulai. NU akan hebat. Jika bukan anak kita yang jadi alim, cucu kita akan jadi ulama. Itulah NU. NU itu harusnya melahirkan kiai – allamah, bukan kiai-mubaligh seperti sekarang. Dan saya melihat sudah lampu merah. Padahal di zaman kakek saya, bahasa Arab itu seperti bahasa Jawa. Saya punya tulisannya Mbah Hasyim Asy’ari yang surat-suratan dengan kakek saya dengan bahasa Arab. 

Keilmuan, kealiman ini jangan habis. Dulu para pendiri, kakek kita, allamah, punya naskah. Jika kita terus begini, bisa habis," demikian isi lengkap rangkuman tersebut.

Belum diketahui secara pasti di mana Gus Baha menyampaikan ceramah ini. Namun, ada satu rekaman ceramah Gus Baha yang pernah menyenggol soal tradisi pengajian yang digelar dalam konteks politik.

"Tahlil zaman sekarang itu sudah kalah sama hukum adat. Inilah yang menjerumuskan. Tahu-tahu ada istighosah kubro (besar-besaran). Kerennya kalau di lapangan, kerennya jika Pangdam datang, Bupati datang. Ukuran suksesnya kalau Gubernur juga hadir. Emang nggak jelek, tapi ini berarti minimal sekali," kata Gus Baha.

Tak sampai di situ, juga menyampaikan soal pembacaan wirid secara bersama-sama kerap melenceng niatnya karena digelar berdasarkan sebuah acara.

"Itu ada wiridan ikut organisasi. Kiai kok manut organisasi. Wiridan di lapangan. Misal Ansor menggelar wiridan bersama mengundang Bupati. Masanya Pilkada, kepengen istighosah menarik simpati mengundang kiai-kiai, itu kan wiridan ngacara. Kita nggak usah ngikut-ikut. Kalau diundang ya datang tapi nggak usah menikmati. Wiridan itu bentuk ketertarikan kepada Tuhan, kangen kepada Allah. Bukan diorgasnisasi oleh pihak manapun," jelas Gus Baha.

Baca Juga: Rekam Jejak Islah Bahrawi, Tokoh NU yang Skakmat Gus Miftah Soal Ilmu Ceramah

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI