Setiap tahunnya, terdapat 1.544.013 kasus baru anemia pada anak-anak di Indonesia. Secara total, terdapat 7.720.065 anak (usia 6-59 bulan) yang mengalami anemia di Indonesia. Menurut estimasi terbaru, prevalensi anemia pada anak-anak di Indonesia adalah sebesar 38,4%.
Anemia akibat defisiensi zat besi pada anak merupakan salah satu faktor dari penurunan kemampuan kognitif dan dapat mempengaruhi prestasi anak di sekolah. Hal ini menimbulkan biaya ekonomi tahunan senilai 3,9 miliar USD per tahun.
4. Dampak Ekonomi Anemia pada Remaja Putri dan Wanita Dewasa
Di Indonesia, prevalensi anemia pada remaja putri dan wanita (15-49 tahun) meningkat dari 27% pada tahun 2012 menjadi 31,2% pada tahun 2019 (menurut perkiraan terbaru pada 2023).
Setiap tahunnya terdapat 22.174.388 kasus baru anemia di kalangan remaja putri dan wanita (15-49 tahun), 3.388.870 kasus baru di kalangan remaja putri (15-19 tahun) dan 753.929 kasus baru di kalangan wanita hamil dan remaja putri (15-49 tahun).
Anemia karena kekurangan zat besi dapat mengurangi produktivitas di masa dewasa, sementara pada ibu hamil, kekurangan zat besi dapat meningkatkan risiko kematian dan menyebabkan masalah selama kehamilan serta kelahiran.
Kondisi ini juga memiliki dampak ekonomi yang ditimbukkan sebesar 3,9 miliar per tahun.
"Dengan data yang didapatkan dari tool ini diharapkan para pemangku kepentingan dapat memperoleh informasi berbasis data untuk memperkuat urgensi investasi dalam intervensi gizi, sekaligus memahami dampak jika masalah malnutrisi tidak segera ditangani atau semakin parah," tutup dia.
Baca Juga: Ketua Kadin Beberkan Dampak Nyata Kerja Sama Ekonomi Indonesia-Inggris