"Rata-rata setiap kasus stunting menyebabkan hilangnya 10,8 poin IQ dan 1,5 tahun masa ajaran sekolah, yang pada akhirnya akan berdampak pada penurunan produktivitas jangka panjang," kata dia saat ditemui di Jakarta baru-baru ini.
2. Dampak Ekonomi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Setiap tahun, terdapat 447.986 kasus baru BBLR di Indonesia. Rata-rata setiap kasus BBLR mengakibatkan kehilangan 10 poin IQ, yang pada akhirnya berdampak pada penurunan produktivitas jangka panjang.
"Biaya ekonomi tahunan yang ditimbukkan dari BBLR sendiri mencapai 5 miliar USD per tahun," ujar dia.
3. Dampak Ekonomi Anemia pada Anak
Setiap tahunnya, terdapat 1.544.013 kasus baru anemia pada anak-anak di Indonesia. Secara total, terdapat 7.720.065 anak (usia 6-59 bulan) yang mengalami anemia di Indonesia. Menurut estimasi terbaru, prevalensi anemia pada anak-anak di Indonesia adalah sebesar 38,4%.
Anemia akibat defisiensi zat besi pada anak merupakan salah satu faktor dari penurunan kemampuan kognitif dan dapat mempengaruhi prestasi anak di sekolah. Hal ini menimbulkan biaya ekonomi tahunan senilai 3,9 miliar USD per tahun.
4. Dampak Ekonomi Anemia pada Remaja Putri dan Wanita Dewasa
Di Indonesia, prevalensi anemia pada remaja putri dan wanita (15-49 tahun) meningkat dari 27% pada tahun 2012 menjadi 31,2% pada tahun 2019 (menurut perkiraan terbaru pada 2023).
Baca Juga: Ketua Kadin Beberkan Dampak Nyata Kerja Sama Ekonomi Indonesia-Inggris
Setiap tahunnya terdapat 22.174.388 kasus baru anemia di kalangan remaja putri dan wanita (15-49 tahun), 3.388.870 kasus baru di kalangan remaja putri (15-19 tahun) dan 753.929 kasus baru di kalangan wanita hamil dan remaja putri (15-49 tahun).