
Ia mengingatkan bahwa demi mengejar jumlah penonton dan viralitas, tidak seharusnya seorang kreator mengabaikan konsekuensi sosial dari konten yang dibuat.
“Kreativitas boleh segila apapun, tapi pikirkan dampaknya,” tegas Helmy. Ia juga mengajak para kreator konten, terutama food blogger, untuk lebih bijak dalam membuat konten agar tidak merugikan pihak lain.
Helmy mencontohkan bagaimana beberapa review negatif dari food blogger bisa berdampak buruk pada usaha kecil yang sedang berjuang untuk bertahan.
Panggilan untuk Klarifikasi dan Permintaan Maaf
Sebagai tokoh yang peduli terhadap citra Palembang, Helmy berharap Willie Salim segera memberikan klarifikasi atas kejadian ini. Ia juga menyarankan agar Willie meminta maaf jika memang terjadi kesalahan dalam perencanaan acara.
"Tapi apa yang kamu lakukan itu menampar cukup banyak orang. Dan saya adalah orang yang ikut andil, ya, dalam merangka bagaimana membuat Palembang itu menjadi kota yang makin baik, makin baik. Jadi sekali lagi, Willy Salim, saya menunggu sikapmu," tukasnya.
Menurut Helmy, insiden ini bukan hanya tentang makanan yang hilang, tetapi tentang bagaimana sebuah aksi berbagi bisa menjadi bumerang jika tidak dipikirkan dengan matang.
Ia berharap kejadian ini menjadi pelajaran bagi para kreator konten untuk lebih bertanggung jawab dalam membuat dan menyebarkan konten mereka.
Pada akhirnya, peristiwa hilangnya daging rendang ini membuka diskusi lebih luas tentang etika dalam dunia digital.
Baca Juga: Insiden Rendang Willie Salim, Bobon Santoso Hingga Chef Arnold Beri Respons Tajam
Di era di mana viralitas menjadi tujuan utama banyak kreator, penting bagi mereka untuk mempertimbangkan tidak hanya jumlah penonton, tetapi juga dampak sosial dari apa yang mereka lakukan.