"Untung kita nggak saudaraan kak, bisa dibandingkan tujuh turunan," ungkap @emm****.
Komentar-komentar ini menggambarkan bahwa meskipun tindakan sang bapak dilihat sebagai sesuatu yang membanggakan, di sisi lain, hal ini juga bisa menimbulkan tekanan sosial bagi orang-orang di sekitarnya.
Ada kekhawatiran bahwa kebanggaan satu keluarga bisa dianggap sebagai bentuk kesombongan bagi yang lain. Sang anak pun bahkan merasa khawatir mengenai hal tersebut.
"Sebenarnya aku malu sih sama temen dan saudara, but it's okey kalo bisa buat Bapak seneng. Menyala Bapak ku," tulisnya.
Kisah ini menunjukkan dua sisi dari ekspresi kebanggaan orang tua. Di satu sisi, sangat wajar jika seorang bapak merasa bangga atas pencapaian anaknya dan ingin mengapresiasi usaha mereka.
Di sisi lain, lingkungan sosial yang sensitif terhadap perbandingan dapat membuat hal seperti ini menjadi sesuatu yang kontroversial.
Pada akhirnya, yang terpenting adalah bagaimana setiap keluarga dapat menikmati kebahagiaan mereka sendiri tanpa perlu merasa terbebani oleh ekspektasi sosial.
Kebanggaan orang tua terhadap anak adalah sesuatu yang sangat berharga, tetapi tetap perlu diungkapkan dengan cara yang bijak agar tidak menimbulkan ketidaknyamanan bagi orang lain.
Semoga momen Lebaran bisa menjadi waktu untuk saling menghargai, bukan sekadar ajang perbandingan.
Baca Juga: Viral Polisi Suruh Pendemo Tolak UU TNI Cap Jari dan Foto, Publik Murka: Mereka Penjahat?