Icha menerangkan bahwa curhat dengan AI membuat seseorang untuk tak lagi ingin berkomunikasi dengan orang lain.
Seorang yang keseringan mengobrol dengan AI akan mengesampingkan kehadiran manusia dan tak lagi merasa membutuhkan mereka. Pasalnya, mereka merasa telah mendapat tempat untuk curhat tanpa harus dihakimi.
Ketika mereka sudah terlalu nyaman dengan AI, mereka tak lagi ingin curhat dan berbicara dengan orang lain seakan-akan tak membutuhkan kehadiran sesama manusia.
Icha lebih lanjut menegaskan bahwa mereka yang tak lagi membutuhkan sesamanya akan kehilangan kehangatan berkomunikasi dengan orang lain.
Berkomunikasi dengan AI tak dapat memberikan respon seperti tatapan mata dan sentuhan yang hanya bisa diberikan sesama manusia.
Ilmuwan MIT Temukan Adiksi di Beberapa Pengguna AI
Selain Icha, berbagai ilmuwan lainnya seperti tim peneliti di Massachusetts Institute of Technology (MIT) menemukan beberapa "korban" dari mereka yang mengalami kecanduan terhadap AI.
Melansir Daily Galaxy, riset yang diperoleh tim peneliti MIT menemukan bahwa awalnya para korban terbiasa dengan mengobrol dengan AI.
Namun, kebiasaan tersebut mengarah ke adiksi lantaran mereka menjadi tak bisa terlepas dengan kecerdasan buatan yang terbiasa menemani mereka.
Baca Juga: Canva Luncurkan Visual Suite 2.0, Bertabur Teknologi AI
Mereka bahkan mengalami ikatan emosional dengan AI selayaknya kedekatan dengan sesama manusia.
Senada dengan Icha, temuan peneliti MIT tersebut juga melihat bahwa para korban menjadi tak lagi membutuhkan kehadiran manusia lainnya.
Kontributor : Armand Ilham