Perlahan namun pasti, Raminten melebarkan sayapnya dengan menawarkan sego kucing seharga seribu rupiah. Harga yang sangat terjangkau inilah yang kemudian melambungkan namanya dan menarik rasa ingin tahu para wisatawan. Dari sinilah awal mula The House of Raminten menjadi destinasi kuliner yang wajib dikunjungi di Yogyakarta.
Keunikan restoran ini terpancar dari berbagai aspek. Mulai dari busana para pelayannya yang mengadopsi tema tradisional Jawa dengan sentuhan modern ala Raminten, seperti kain jarik dipadukan dengan rompi dan kaos pada pelayan pria.
Kemudian, alih-alih bau masakan, aroma dupa dan bunga-bungaan justru menyambut pengunjung, menciptakan suasana klasik yang tetap nyaman.
Sosok Hamzah Sulaiman, pencipta Raminten yang legendaris, tak hanya seorang pengusaha kuliner. Beliau adalah simbol dedikasi pada budaya Jawa yang dikemas secara menarik. House of Raminten sendiri telah bertransformasi menjadi ikon kuliner Yogyakarta yang memikat dengan hidangan unik dan atmosfer lokal yang kuat.
Semangat almarhum Kanjeng Mas Tumenggung Tanoyo Hamijinindyo untuk melestarikan dan memperkenalkan budaya Jawa akan selalu dikenang, terutama oleh keluarga besar House of Raminten dan masyarakat Yogyakarta yang pernah merasakan kehangatan pribadinya.
Sosok Raminten, dengan kebaya, kain batik, sanggul elegan, dan kacamata khasnya, menjadi daya tarik tersendiri bagi "Raminten Universe" di Yogyakarta.
Seiring berjalannya waktu, Raminten terus berkembang menjadi salah satu daya tarik utama Yogyakarta, dengan berbagai unit usaha seperti toko oleh-oleh, restoran, hingga pertunjukan kabaret yang selalu ramai pengunjung dari dalam dan luar negeri.
Bahkan di tahun 2024, kisah hidup Hamzah Sulaiman diabadikan dalam film dokumenter oleh sutradara Nia Dinata.
Kontributor : Trias Rohmadoni
Baca Juga: Dunia Pendakian Kehilangan Mbok Yem: Ini 5 Menu Andalan Warung Legendaris di Puncak Lawu