Komitmen sosial Yanti tidak berhenti di situ.
Ia juga meneruskan perjuangan sang ibu mendirikan Yayasan An-Nur, yang menaungi PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) An-Nur. Lembaga ini bertujuan mengentaskan buta huruf, membantu anak punk, hingga merangkul anak-anak berkebutuhan khusus (ABK).
Suatu hari, Yanti melihat sekelompok anak punk nongkrong di Alun-alun Majalaya. Tanpa takut, ia mendekat, mengajak bicara, dan membangun hubungan. Ini bukan sekali-dua kali dilakukan Yanti, tapi berulang-ulang, dengan penuh kesabaran.
Majalaya sendiri dulunya berjaya sebagai penghasil tekstil terbesar di Indonesia. Kota ini bahkan dijuluki Kota Dollar. Namun, sejak membanjirnya tekstil impor dari Cina, kejayaan Majalaya meredup.
Yanti ingin mengembalikan kejayaan itu.
Blazer sarung buatannya adalah upaya kecil untuk menghidupkan kembali kebanggaan lokal. Ia sendiri yang mengenakannya dalam setiap aktivitas, sebagai bentuk promosi hidup.
Tak mudah. Ia harus berjuang keras untuk memperkenalkan It’s Blazer Ibun ke pasar. Tetapi ketekunannya berbuah manis. Blazer sarung itu kini dikenal sebagai simbol kreativitas berbasis kearifan lokal.

Atas dedikasinya, Yanti dianugerahi penghargaan Perempuan Inisiator Indonesia 2020 oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Lewat berbagai komunitas yang ia gagas seperti Wanita Mandiri, Wani Robah (untuk anak jalanan), dan BERDAYA (untuk ABK), Yanti berharap bisa mencetak lebih banyak local heroes di daerahnya.
Baca Juga: Fantastis! Hampir 1 Juta UMKM Rasakan Manfaat KUR BRI di Awal 2025
"Bagi saya, perempuan adalah pilar ketahanan keluarga," ujarnya.