Asal-usul Balut: Kuliner Ekstrem Khas Filipina Berupa Telur Isi Embrio Bebek

Yasinta Rahmawati Suara.Com
Senin, 28 April 2025 | 09:57 WIB
Asal-usul Balut: Kuliner Ekstrem Khas Filipina Berupa Telur Isi Embrio Bebek
Tasyi Athasyia review balut. (Instagram)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Belakangan, makanan khas Filipina bernama balut tengah viral di media sosial TikTok. Banyak pengguna TikTok maupun food vlogger yang membuat video mukbang balut dan mengunggahnya ke akun mereka.

Balut sendiri merupakan telur berisi embrio bebek yang hampir sempurna kemudian direbus dan dimakan. Tak cuma di Filipina, balut juga bisa ditemukan di Kamboja dan Vietnam.

Banyak kalangan menilai balut sebagai salah satu kuliner ekstremm karena bentuknya yang menjijikkan. Tapi di sisi lain, makanan ini dipercayai sebagai afrodisiak dan berprotein tinggi.

Lantas, seperti apa asal-usul balut? Berikut ulasannya.

Asal-usul Balut

Meski kini menjadi makanan populer di Filipina, balut ternyata berasal dari China. Melansir dari laman Food Republic,  dalam teks-teks China yang berasal dari tahun 1830 disebutkan tentang telur yang menetas dan dierami selama 10 hingga 12 hari.

Tetapi telur-telur tersebut jauh dari makanan jalanan yang terjangkau. Kala itu, mereka adalah makanan lezat yang dinikmati oleh orang-orang kaya di pesta-pesta mewah.

Beberapa sejarawan juga menemukan bahwa di Tiongkok sendiri ada makanan serupa yang disebut "maodan", artinya "telur berbulu". Maodan hadir untuk memperpanjang umur simpan telur pada saat pendinginan belum ditemukan.

Dari sanalah konsep balut berkembang, lalu diadaptasi sesuai selera lokal Filipina.

Tasyi Athasyia review balut. (Instagram)
Tasyi Athasyia review balut. (Instagram)

Balut bahkan dianggap sebagai sepupu jauh dari telur abad China dan telur asin, yang semakin memperkuat ikatan leluhurnya.

Baca Juga: 5 Kuliner Tapanuli yang Bikin Nagih, Bisa jadi Pilihan Wisatawan saat Liburan

Popularitas Balut di Filipina dimulai setelah pedagang Tiongkok menetap di tepi Laguna de Bay — wilayah yang menjadi rumah bagi bebek Mallard, yang memberikan peluang besar untuk produksi telur bebek dan, selanjutnya, balut. Peternakan bebek berkembang pesat di daerah tersebut sehingga satu pemukiman kemudian diberi nama Kotamadya Pateros, atau peternak bebek.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI