Suara.com - Membaca buku kini bukan lagi aktivitas sunyi yang jauh dari keramaian. Di era digital seperti sekarang, pencinta buku justru menemukan napas baru lewat platform hiburan seperti TikTok.
Bertepatan dengan Hari Buku Nasional, TikTok mengajak komunitasnya untuk merayakan kecintaan terhadap dunia literasi melalui kampanye #SerunyaMembaca — sebuah gerakan digital yang merangkul pembaca, penulis, hingga penerbit dari berbagai penjuru Indonesia.
Tak disangka, tagar ini telah mengumpulkan lebih dari 400 ribu unggahan, sementara tagar global #BookTok melesat jauh dengan lebih dari 55 juta unggahan.
Jadi, siapa bilang generasi digital tak suka baca?
Lewat video pendek yang informatif dan siaran langsung yang interaktif, TikTok membuka ruang dialog baru bagi literasi: dari ulasan buku yang dikemas ringan, hingga diskusi mendalam tentang filosofi hidup.
Inilah cara baru membangun budaya membaca — lebih inklusif, lebih menyenangkan, dan tentu saja, lebih dekat dengan keseharian.
Syarif dan Klub Buku “Torang Baca”: Literasi yang Tumbuh di Timur Indonesia

Mari kita mulai dari Timur Indonesia. Di Jayapura, seorang kreator muda bernama Syarif (@menceriakan) tak hanya berbagi rekomendasi buku dan tempat baca menarik lewat TikTok, tapi juga mendirikan klub buku bernama Torang Baca.
“Bagi saya, membaca tidak hanya soal menyerap informasi, tetapi juga turut membangun imajinasi dan membentuk sudut pandang si pembaca. Lewat TikTok, saya ingin menunjukkan bahwa membaca itu seru dan kegiatan ini bisa mengubah cara kita melihat kehidupan,” ujarnya.
Baca Juga: Benarkah Jumlah Buku yang Dibaca Menunjukkan Karakter Seseorang?
Dengan semangat itulah Syarif membangun ruang baca yang aman dan nyaman bagi para pencinta buku di Papua.
Indra Dwi Prasetyo: Dari Singkawang ke TikTok, Buku sebagai Alat Tumbuh

Beralih ke Kalimantan Barat, penulis muda Indra Dwi Prasetyo juga menjadikan TikTok sebagai medium untuk menyebarkan manfaat membaca, terutama bagi generasi muda.
Lewat akun @indradwiprasetyoofficial, Indra rutin berbagi insight dari buku-buku pengembangan diri dan filsafat yang dekat dengan realita anak muda.
Bukunya, Dewasa Tak Seseram Isi Kepalamu, berbicara tentang kegelisahan tumbuh dewasa dan ekspektasi sosial.
"Teruslah membaca, karena membaca bisa membawa kita ke tempat yang belum pernah kita bayangkan sebelumnya. Saya berharap, apa yang saya bagikan di TikTok bisa menjadi dorongan nyata bagi para generasi muda untuk terus belajar dan berkembang," jelas Indra.
patjarmerah: Festival Buku Keliling yang Kini Menjangkau Lebih Banyak Orang Lewat TikTok

Literasi tak lagi eksklusif milik kota besar. Inilah semangat yang diusung oleh patjarmerah, festival literasi dan pasar buku keliling yang menjelajah dari satu daerah ke daerah lain.
Di TikTok, akun @patjarmerah_id menjadi tempat mereka berbagi rekomendasi buku, cerita perjalanan, hingga informasi seputar acara literasi.
Buku-buku hasil kurasi mereka, termasuk karya Indra, kini bisa ditemukan di Kedai Patjarmerah di Pos Bloc Jakarta dan juga di TikTok Shop by Tokopedia.
Pendiri patjarmerah, Windy Ariestanty, menyebut bahwa kehadiran TikTok memperluas jangkauan gerakan ini. “Kami ingin membuat membaca terasa hangat dan relevan dengan kehidupan sehari-hari,” ujarnya.
Ketiga cerita di atas hanyalah sebagian kecil dari ribuan kisah yang tumbuh di balik layar TikTok. Mereka menunjukkan bahwa membaca bisa hadir dalam berbagai bentuk—ulasan singkat, rekomendasi santai, bahkan klub buku dan festival keliling. Dan semua itu dimungkinkan karena satu hal: adanya ruang untuk berbagi dan terhubung.
Di momen Hari Buku Nasional, TikTok mengajak siapa pun untuk ikut merayakan semangat membaca. Entah itu lewat video pendek soal buku favoritmu, diskusi kisah inspiratif, atau sekadar menunjukkan tumpukan buku di meja belajar—semua adalah bentuk kontribusi untuk membangkitkan budaya baca di tengah era digital.
Literasi tidak harus sunyi. Ia bisa tumbuh di tengah scroll, like, dan komen. Dan siapa tahu, video sederhana yang kamu unggah bisa menjadi awal seseorang jatuh cinta pada dunia buku.