suara hijau

Inovasi Mangrove Ibu-ibu Pidodo Kulon, Produk Olahan Datangkan Cuan

Senin, 26 Mei 2025 | 17:15 WIB
Inovasi Mangrove Ibu-ibu Pidodo Kulon, Produk Olahan Datangkan Cuan
Nurhayati, salah seorang perempuan yang menggerakkan komunitas ibu-ibu untuk membuat produk olahan dari mangrove di Desa Pidodo Kulon, Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah.(Suara.com/Rendy Adrikni Sadikin)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Dari ancaman abrasi menjadi peluang ekonomi. Tanaman mangrove seketika mendatangkan cuan ketika diolah di tangan para ibu di Dusun Pilangsari, Desa Pidodo Kulon, Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Di tengah ancaman abrasi, para ibu tersebut tak henti berinovasi. Produk olahan pun disulap menjadi peluang meraup cuan.

Tak hanya membantu melindungi pemukiman dari abrasi, mangrove juga memiliki nilai ekonomi ketika diolah. Setidaknya, upaya ini yang dilakukan warga Desa Pidodo Kulon. Di tengah aktivitas penanaman dan pembibitan, kaum perempuan di wilayah pesisir diberdayakan untuk membuat sejumlah produk olahan yang terbuat dari Mangrove.

Diketahui, rata-rata para ibu di Desa Pidodo Kulon rata berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Ada pula yang memiliki usaha warung. Banyak juga yang membuat terasi dari udang rebon khas wilayah tersebut. Sejak membuat produk olahan dari mangrove, ekonomi mereka terbantu. Setidaknya mereka memiliki usaha sampingan. Lapangan kerja tercipta dari budidaya mangrove.

Ada beberapa produk olahan dari mangrove yang dibuat oleh ibu-ibu di Dusun Pilangsari. Salah satunya keripik daun mangrove. Untuk membuat keripik, daun yang dipakai berasal dari mangrove jenis Avicennia Marina. Daun Avicennia Marina ini memang tergolong unik. Bahkan sebelum diolah, daunnya memiliki rasa asin yang khas.

Berdasarkan data American Museum of Natural History, banyak spesies mangrove bertahan hidup dengan menyaring sebanyak 90 persen garam yang ditemukan di air laut saat memasuki akarnya. Beberapa spesies mengeluarkan garam lewat kelenjar di daunnya. Daun-daun ini, yang ditutupi dengan kristal garam kering, terasa asin jika dijilat maupun dikonsumsi.

Komunitas perempuan di Desa Pidodo Kulon, Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, setelah melaksanakan kegiatan pelatihan pembuatan produk olahan mangrove.(Dokumentasi warga)
Komunitas perempuan di Desa Pidodo Kulon, Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, setelah melaksanakan kegiatan pelatihan pembuatan produk olahan mangrove.(Dokumentasi warga)

Kami sempat diminta untuk mencicipi daun mentah Avicennia Marina sebelum diolah. Hmm.. benar saja. Rasanya asin, sama seperti yang dikatakan data dari American Museum of Natural History. Namun, rasa tersebut semakin kaya ketika daun dicampur tepung lalu digoreng. Nah, ketika sudah matang, rasa daun tersebut mempertemukan sensasi asin dan gurih.

Eits, ternyata keripik daun hanya satu dari beberapa olahan mangrove. Ternyata, daun mangrove pun bisa lho dijadikan sirup. Selain sirup, mereka juga membuat dodol terbuat dari mangrove. Tiga produk olahan mangrove tersebut selama ini menjadi penghasilan tambahan bagi warga Pilangsari, terutama para ibu.

Nurhayati, 42 tahun, bekerja sehari-hari sebagai ibu rumah tangga. Dia pun memiliki usaha warung di rumahnya. Nur–panggilan karibnya–merupakan satu dari beberapa ibu yang diberikan pelatihan cara membuat olahan dari tanaman mangrove. Pelatihannya tak hanya satu kali, melainkan dua kali. Bukan cuma itu, ada pula praktik sebagai bagian dari pelatihan.

Sudah 2 sampai 3 tahun belakangan ini, Nur bersama beberapa ibu di Pilangsari membuat produk olahan mangrove. Dari sirup, dodol hingga keripik daun mangrove, mahir diolah oleh Nur cum suis. Selama ini, produk olahan mangrove tersebut turut memberikan andil dalam perekonomian keluarga Nur. Kata dia, hasil penjualannya lumayan sebagai uang tambahan.

Baca Juga: Mangrove Academy, Ruang Tumbuh Anak Muda Penjaga Pesisir Kendal

Keripik daun mangrove, salah satu produk olahan dari mangrove yang dibuat oleh komunitas perempuan di Desa Pidodo Kulon, Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah.(Dokumentasi warga)
Keripik daun mangrove, salah satu produk olahan dari mangrove yang dibuat oleh komunitas perempuan di Desa Pidodo Kulon, Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah.(Dokumentasi warga)

“Selama ini saya dibantu oleh 3 kelompok berjumlah 25 perempuan dalam pembuatan produk mangrove. Ini tergantung banyaknya pesanan ya. Nah, nanti hasil penjualannya kami bagi-bagi ke kelompok, tergantung siapa saja yang ikut membuat (produk mangrove–RED),” tutur Nur.

Nur mengatakan pembeli dari produk olahan mangrove ini beragam. Ada warga yang langsung ke rumahnya. Ada pula yang memesan via online. Bahkan, imbuh Nur, produk olahan mangrove cukup menjadi primadona dalam kunjungan rombongan Wakil Bupati Kendal Benny Karnadi. Saat itu, klaim Nur, banyak yang membeli.

“Yang beli produk dari mangrove, ada warga, ada yang pesan online. Biasanya, tamu yang datang pun bisa pesan keripik mangrove, bahkan ada pesanan juga dari pemerintah. Saat kunjungan wakil bupati, suasananya ramai dan banyak yang membeli. Mereka penasaran dengan daun mangrove. Setelah coba, enak rasanya sampai kehabisan,” ujar Nur.

Ketua Pusat Pemberdayaan Pelayanan Masyarakat Pesisir (P3MP) Kendal Wasito pemberdayaan ibu-ibu Pidodo Kulon memang menjadi salah satu perhatian dari program konservasi mangrove yang dijalankan. Untuk menyokong keterampilan, para ibu mendapatkan serangkaian pelatihan. Wasito pun berinisiatif menyokong mereka dengan alat-alat untuk membuat olahan mangrove tersebut.

“Bukan cuma membuat terasi dari udang rebon, ibu-ibu kita latih untuk membuat keripik daun mangrove dan sirup mangrove. Kebutuhannya, seperti panci dan peralatan lain untuk memasak, kami fasilitasi. Yang penting, mereka bisa membuat produk tersebut,” ujar Wasito.

Sirup mangrove, salah satu produk olahan dari mangrove yang dibuat oleh komunitas perempuan di Desa Pidodo Kulon, Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah.(Dokumentasi warga)
Sirup mangrove, salah satu produk olahan dari mangrove yang dibuat oleh komunitas perempuan di Desa Pidodo Kulon, Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah.(Dokumentasi warga)

Produk olahan mangrove, imbuh dia, juga ternyata digemari kaum jetset. Dia mengisahkan, minat tersebut terlihat melalui kegiatan menanam dengan Rotary Club beberapa waktu silam. Ketika itu, para ibu dari Rotary Club memborong seluruh produk olahan mangrove yang dibuat oleh warga Pilangsari. Laris manis!

“Saat itu, ibu-ibu membuat keripik, sirup, terasi serta bandeng presto. Alhamdulillah laris. Mereka membeli keripik. Merek suka karena renyah dan langsung habis,” kata Wasito.

Meski demikian, para ibu ini memang tidak berani untuk membuat produk olahan mangrove dalam jumlah besar. Produk tersebut memang disukai oleh beberapa kalangan. Tapi, pemasaran menjadi salah satu tantangan dalam menjual produk olahan mangrove ini. Mereka masih ragu-ragu menjual dalam skala besar.

“Besok-besok ketika ibu-ibu gawe (membuat–RED) keripik mangrove dalam jumlah banyak, malah nggak laku. Didol (Dijual) di tempat umum, masyarakat masih ragu-ragu. Kita masih menjual produk di event-event tertentu,” ujar Wasito.

Namun, tantangan tidak sampai di situ. Mereka masih berkutat tentang pemahaman dan pengetahuan masyarakat bahwa daun mangrove–terutama jenis Avicennia Marina–aman untuk dikonsumsi. Selain itu, mereka hanya memahami bahwa hanya buah mangrove yang bisa dimasak dan dipangan.

Kata Wasito, “Orang-orang sana belum tahu. Mereka hanya mengetahui bahwa buah mangrove dimasak dan dipangan. Ternyata daunnya bisa dimasak, kan jadi paham. Mereka tidak usah belanja bahan karena ada daun yang  bisa dimasak. Jadi sirup juga, bisa jadi duit. Pokoknya kita cari dengan pendekatan yang lebih mudah, sehingga mereka paham.”

Peluang ekonomi lewat tangkapan ikan

Supriadi, salah seorang nelayan penggerak yang digandeng Wasito dalam konservasi, menuturkan betapa rekan-rekannya terbantu secara ekonomi dari keberadaan mangrove ini. Seperti diketahui bahwa penghasilan utama nelayan dari tangkapan ikan. Nah, keberadaan mangrove ini mempermudah pekerjaan mereka. Alhasil, menjaring ikan menjadi lebih mudah.

Mangrove ini tak cuma menjadi tameng bagi ancaman abrasi, tapi juga menjadi tempat berlindung beberapa jenis ikan dan kepiting. Dengan adanya ikan dan kepiting yang berlindung di hutan mangrove, tak pelak hal ini memudahkan nelayan menjaring. Buntutnya, nelayan tidak perlu ke tengah laut untuk menjaring ikan.

Aktivitas Komunitas perempuan di Desa Pidodo Kulon, Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, saat melaksanakan kegiatan pelatihan pembuatan produk olahan mangrove.(Dokumentasi warga)
Aktivitas Komunitas perempuan di Desa Pidodo Kulon, Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, saat melaksanakan kegiatan pelatihan pembuatan produk olahan mangrove.(Dokumentasi warga)

“Untuk ekosistem, mangrove ini berfungsi sebagai tempat perkembangbiakkan ikan dan kepiting, Biasanya, kepiting ketika hendak bertelur mencari perlindungan di akar-akar mangrove. Ada banyak jenis ikan yang berlindung di akar mangrove ketika bertelur,” ujar Supriadi.

Tak hanya itu, Supri juga mengatakan masyarakat memanfaatkan ikan dan kepiting di akar mangrove. “(Ikan dan kepiting–RED) untuk dijual. Ada juga yang dikonsumsi. Tapi kebanyakan dijual, karena itu mata pencaharian. Ada ikan belanak, kakap, kerapu, dan jenis ikan lainnya. Ada banyak jenisnya, termasuk kepiting,” kata Supri.

Sekadar informasi, pesisir pantai Pidodo Kulon merupakan muara Sungai Bodri. Berdasarkan data yang dikutip dari Pusdataru Jawa Tengah, Bodri adalah sungai yang memiliki panjang 171 kilometer dengan luas daerah aliran sungai (DAS) yakni 612 kilometer persegi. Sungai ini melintasi 6 kecamatan di Kendal, salah satunya yakni Kecamatan Patebon.

Komunitas warga pesisir di Pidodo Kulon merupakan salah satu mitra Program Global Environment Facility Small Grants Programme (GEF SGP) karena merupakan konservasi mangrove berbasis inisiasi warga. Dengan kemitraan tersebut, komunitas nelayan membuat rumah pembibitan mangrove, penanaman serta memberdayakan masyarakat setempat.(*)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI