Mengenal Mythomania: Ketika Kebohongan Menjadi Kecanduan

Yasinta Rahmawati Suara.Com
Minggu, 08 Juni 2025 | 11:40 WIB
Mengenal Mythomania: Ketika Kebohongan Menjadi Kecanduan
Ilustrasi penderita mythomania (Freepik/rawpixel.com)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Apakah kamu pernah bertemu dengan orang yang suka sekali bohong, bahkan untuk hal-hal sepele atau tidak penting sama sekali? Bisa jadi orang itu bukan cuma iseng atau ingin perhatian, tapi sedang mengalami kondisi psikologis yang disebut mythomania.

Belakangan topik soal mythomanis ramai diperbincangkan di media sosial, terutama TikTok. Banyak pengguna TikTok menceritakan bahwa mereka punya pengalaman bertemu dengan orang yang dianggap sebagai mythomania.

Apa Itu Mythomania?

Mythomania, juga disebut pseudologia fantastica, adalah gangguan perilaku di mana seseorang merasa terdorong untuk terus-menerus berbohong, bahkan tanpa alasan maupun keuntungan pribadi yang jelas.

Berbeda dengan white lies, yakni bohong demi kebaikan, orang yang mengalami mythomania justru kadang suka membuat cerita yang tidak masuk akal. Meski bisa merugikan dirinya sendiri, anehnya mereka tetap melakukannya tanpa rasa bersalah.

Mengutip laman Healthline, kondisi ini ditandai dengan kebohongan yang bersifat kronis dan terus berulang, di mana penderitanya sering kali sulit membedakan antara kenyataan dan fantasi yang mereka ciptakan sendiri.

ilustrasi berbohong (freepik.com/rawpixel.com)
ilustrasi berbohong (freepik.com/rawpixel.com)

Penyebab Mythomania

Penyebab pasti dari mythomania masih menjadi topik penelitian. Namun, sejumlah faktor psikologis dan neurologis diyakini berkontribusi pada kondisi ini, antara lain:

1. Gangguan Kepribadian Antisosial (Sosiopati): Beberapa penderita mythomania juga menunjukkan gejala gangguan kepribadian antisosial, di mana mereka kurang memiliki empati dan rasa bersalah.

2. Kerusakan Sistem Saraf Pusat: Penelitian dari tahun 2007 yang diterbitkan dalam Journal of Neuropsychiatry and Clinical Neurosciences menunjukkan bahwa cedera kepala, trauma otak, atau gangguan pada sistem saraf pusat dapat memicu kecenderungan untuk berbohong secara patologis.

3. Ketidakseimbangan Hormon: Ketidakseimbangan hormon seperti kortisol juga dikaitkan dengan perilaku mythomania.

Baca Juga: Pakar Soroti Ekspresi Lisa Mariana Saat Konferensi Pers Bahas Ridwan Kamil, Diduga Banyak Bohong

4. Gangguan Neurologis Lainnya: Beberapa kasus mythomania juga ditemukan pada pasien dengan gangguan neurodegeneratif seperti Alzheimer atau frontotemporal dementia (FTD), menurut studi di Current Alzheimer Research (2016).

Tanda-Tanda Seseorang Mengidap Mythomania

Untuk mencgetahui apakah seseorang adalah pengidap mythomania, para ahli menyimpulkan bisa dilihar dari empat perilaku berikut, dilansir dari WebMD.

  • Kebohongan yang Konsisten dan Berlebihan: Penderita sering kali berbohong lebih dari orang kebanyakan. Bahkan ketika tidak perlu, mereka bisa menciptakan cerita yang rumit dan tampak realistis.
  • Tidak Ada Alasan Jelas untuk Berbohong: Seseorang dengan mythomania mungkin berbohong bahkan saat kebohongan itu bisa merugikan dirinya sendiri, seperti mengaku melakukan kejahatan yang tidak pernah dilakukan.
  • Perilaku yang Bertahan Lama: Kebiasaan berbohong ini biasanya dimulai sejak usia muda dan berlanjut sepanjang hidup tanpa henti, memengaruhi hubungan pribadi, sosial, dan profesional.
  • Bukan Gejala dari Gangguan Mental Lain: Meskipun penderita mungkin juga memiliki kondisi seperti depresi atau kecemasan, mythomania tidak dianggap sebagai gejala dari gangguan tersebut, melainkan sebagai kondisi tersendiri.
Ilustrasi bohong (Shutterstock)
Ilustrasi bohong (Shutterstock)

Cara Menghadapi Orang dengan Mythomania

Sayangnya, banyak penderita mythomania tidak menyadari atau menolak mengakui bahwa mereka memiliki masalah. Terapi psikologis, khususnya terapi kognitif-perilaku (CBT), bisa membantu mereka memahami akar masalah dan mengembangkan strategi untuk mengurangi dorongan berbohong.

Di sisi lain, berhadapan dengan pengidap mythomania itu bisa membuat diri sendiri capek mental. Tapi tenang, ada beberapa cara yang bisa kamu lakukan biar tetap waras.

1. Jangan Ikut Terjebak dalam Cerita Mereka

Mendengarkan boleh, tapi tetap pakai logika. Jangan mudah percaya apalagi kalau sudah sering ketahuan bohong.

2. Tetapkan Batasan yang Jelas

Kalau mereka mulai bohong dan kamu merasa tidak nyaman, penting untuk bersikap tegas dan bilang, "Maaf, aku tidak nyaman kalau kamu mulai ngarang cerita."

3. Ajak Bicara Baik-Baik (Kalau Masih Bisa)

Kadang mereka tidak sadar kalau itu udah jadi kebiasaan. Coba ajak ngobrol dengan nada netral tanpa menyalahkan. Siapa tahu mereka bisa terbuka.

4. Sarankan Konsultasi Profesional

Ini penting. Karena mythomania termasuk kondisi psikologis, sebaiknya diarahkan ke psikolog atau psikiater untuk dapat penanganan yang tepat.

5. Lindungi Diri Sendiri

Kalau kamu udah terlalu lelah atau mulai terdampak secara emosional, tidak apa-apa untuk menjaga jarak. Kamu bukan penolong profesional, dan kamu juga berhak menjaga kesehatan mentalmu.

Kesimpulannya, mythomania adalah gangguan serius yang dapat merusak kehidupan sosial, profesional, dan emosional seseorang. Mengenal gejalanya lebih awal dapat membantu proses intervensi dan penanganan.

Jika kamu mengenal seseorang dengan ciri-ciri mythomania di atas, jangan ragu untuk mendorong mereka mencari bantuan profesional.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI