Suara.com - Siapa bilang jadi tour leader (TL) itu kerjaan santai penuh liburan? Di balik foto-foto cantik di Paris, serunya safari di Afrika, atau hangatnya matahari di Amsterdam, ada cerita seru—bahkan kadang bikin jantungan — yang dialami para pemandu tur profesional.
Salah satunya datang dari Harmini Marzusy, atau yang akrab dipanggil Kak Zusy. Wanita kelahiran 1969 ini sudah mencicipi asam garam dunia TL selama puluhan tahun, dari kehilangan paspor di Barcelona sampai bertatap mata dengan singa Afrika.
Di balik semua suka duka itu, tersimpan juga kisah bagaimana hobi traveling-nya pelan-pelan berubah jadi bisnis travel bernama "Jalan Langit" yang kini makin dikenal.
Profesi sebagai tour leader (TL) memang tak ada matinya—apalagi di era orang-orang haus pengalaman traveling ke luar negeri. Namun, bagi Kak Zusy, menjadi TL bukan sekadar pekerjaan, melainkan panggilan hati.
"Saya hobi traveling sejak muda, dan ingin membagikan pengalaman itu ke orang lain," katanya.
Lulusan S2 Manajemen ini percaya bahwa perjalanan bukan cuma soal datang, foto-foto, lalu pulang, tapi juga soal berbagi cerita, budaya, dan rasa.
Karier profesionalnya dimulai saat ia nekat membawa 12 orang ke Singapura. Bukan jalan-jalan ala solo traveler lagi, tapi harus mikirin kenyamanan orang lain: mulai dari memastikan itinerary berjalan mulus, sampai menjaga jangan sampai ada yang nyasar.
Dari sinilah petualangan Kak Zusy sebagai tour leader betulan dimulai.
Sambangi Hampir 70 Negara
Baca Juga: Awit Sinar Alam Darajat, Lokasi Terbaik untuk Staycation di Garut
Selama bertahun-tahun, hampir 70 negara telah ia datangi, dari Eropa sampai kutub utara. Paris jadi favoritnya.
"Kota ini selalu punya magnet buat saya. Atmosfernya beda. Romantis, penuh sejarah," ucapnya.
Selain Paris, Swiss, Amsterdam, dan Roma juga masuk daftar wajib kunjungannya tiap tahun.
Wajib Punya Kemampuan Multitasking
Menjadi tor leader tentu saja akan menemui banyak cerita dalam setiap perjalanan. Dan, tak semua perjalanan berjalan manis.
"Paling bikin deg-degan waktu di Barcelona," kisahnya.
Seorang peserta panik karena dompet berisi paspor dan uang raib entah ke mana. Mau tak mau, Zusy harus sigap: menenangkan tamu, urus laporan polisi, cek CCTV, bahkan hubungi KBRI di Madrid.
Di saat yang sama, dia tetap pastikan rombongan tur lainnya tetap happy.
Menurutnya, TL itu harus multitasking, sabar, juga problem solver di segala situasi.
Belum cukup, ada juga kejadian 'horror' di padang savana Afrika. Saat mobil tur mereka didekati singa, suasana mendadak mencekam.
"Mirip adegan film Revenant, tapi Leonardo DiCaprio nggak sendirian,” kenangnya.
Tapi Kak Zusy tahu: TL nggak boleh panik. Dengan tenang, ia memberi tanda ke ranger untuk pengamanan ekstra.
"Kalau kita panik, tamu makin stres," ujarnya sambil tersenyum.
Membangun Bisnis Travel Impian
Berbekal semua pengalaman suka duka itu, Kak Zusy akhirnya membangun bisnis travel impiannya, Jalan Langit.
Ia sadar, tak selamanya bisa jadi TL di lapangan, tapi bisa tetap berbagi lewat bisnis travel yang menawarkan private trip, itinerary fleksibel, dan pengalaman personal untuk tiap klien.
"Saya nggak jual murah, saya jual pengalaman," kata perempuan yang telah mendapat sertifikasi tour leader international dari Pramindo dan peraih penghargaan the best tour leader dalam ajang pelatihan tour leader Indonesia serta peraih Certified Professional Tour Leader tahun 2022 itu.
Media sosial pun jadi senjatanya, lewat akun @JalanLangit_tour yang kian dikenal di kalangan pelancong.
Awalnya sulit — modal kecil, klien minim. Tapi pengalaman sebagai TL jadi aset utamanya.
"Saya tahu apa yang dicari turis, saya ngerti mood orang jalan-jalan," katanya.
Lambat laun, kepercayaan datang, repeat order bertambah, bahkan perusahaan besar mulai pesan paket group trip lewat usahanya.
"Paling senang kalau klien balik lagi atau ngerekomendasiin ke teman. Itu bukti nyata usaha ini dipercaya," imbuhnya bangga.
Kini, Kak Zusy tak cuma dikenal sebagai TL senior, tapi juga pengusaha travel yang berhasil. Namun baginya, perjalanan belum selesai.
"Industri ini terus berubah. Saya tetap harus belajar, upgrade skill, dan tetap mendengarkan kebutuhan wisatawan," ujarnya bijak.
Jadi tour leader memang penuh suka duka. Dari menghadapi singa Afrika sampai copet di Eropa, dari bantu klien panik sampai membuat itinerary sempurna. Tapi dari semua tantangan itu, Kak Zusy justru menemukan makna: bahwa traveling bukan cuma soal pemandangan indah, tapi juga soal menemani orang lain menciptakan kenangan seumur hidup.
“Saya merasa puas ketika bisa menjadi bagian dari kenangan indah yang mereka ciptakan selama tur sejak awal dan akhir perjalanan," pungkas Kak Zusy yang telah bergabung dalam organisasi Tour Leader Indonesia yakni ITLA selama hampir satu dekade ini.