Suara.com - Anak sekolah di Jepang menggunakan tas ransel yang unik jika dibandingkan dengan siswa di Indonesia. Kebanyakan dari mereka memakai tas berbentuk kotak dengan desain khas. Diketahui, tas sekolah diJepang itu dikenal dengan nama Randoseru.
Memiliki bahan kuat dan pembuatannya yang begitu detail, tas randoseru dikenal awet dan dijual dengan harga yang cukup mahal. Tas ini seakan sudah menjadi bahan pokok perlengkapan SD di Jepang selama lebih dari satu abad. Penasaran dengan tas sekolah khas Jepang ini? Mari simak informasi seputar pengertian, sejarah hingga harganya berikut ini.
Apa Itu Randoseru?
Merangkum dari The Japan Times, randoseru adalah tas punggung yang terbuat dari bahan utama kulit dan mempunyai tekstur keras. Tas yang kerap digunakan untuk sekolah ini umumnya dipakai oleh anak-anak di Jepang selama periode sekolah dasar.
Secara tradisional, randoseru dipakai oleh anak-anak di awal tahun pertama sekolah dasar. Kemudian, setelah mereka lulus dari kelas enam, tas ini akan digunakan oleh siswa yang lanjut ke jenjang sekolah menengah pertama (SMP).
Sejarah Randoseru
![Randoseru, tas sekolah Jepang. [dibuat dengan AI]](https://media.suara.com/pictures/1200x675/2025/06/24/51809-randoseru-tas-sekolah-jepang.jpg)
Asal usul Randoseru, tas sekolah khas Jepang bermula dari periode Edo, kala Jepang masih dipengaruhi oleh Barat. Melansir NHK World Japan, Asosiasi Randoseru memaparkan bahwa tradisi tas sekolah Jepang resmi dimulai di sebuah lembaga pendidikan di Tokyo yang didirikan pada tahun 1877 bernama Gakushuin.
Demi memudahkan siswa dalam membawa perlengkapan sekolah, Gakushuin pun memperkenalkan tas ransel bergaya militer. Tak seperti kebanyakan model tas kala itu, tas ini dikenakan di punggung, sehingga anak bisa bergerak dengan bebas. Hingga akhirnya, tas ini dikenal sebagai randoseru, yang istilanya berasal dari bahasa Belanda 'ransel'.
Dua tahun berselang, tepatnya pada 1887, Perdana Menteri Hirobumi Ito memberikan randoseru kepada Pangeran Yoshihito, calon Kaisar Tasiho yang mulai bersekolah di Gakushuin. Momen tersebut lantas dipercayai menandai randoseru yang sebelumnya bagian dari perlengkapan sekolah, menjadi barang yang bermakna budaya luas.
Baca Juga: Remaja 18 Tahun Ini Bagi-bagi 6000 Tas Sekolah Gratis, Total Barang Donasi Rp21 Miliar
Awalnya banyak yang beranggapan bahwa ransel kulit sebagai barang mewah. Hal tersebut lantaran harganya yang terlampau mahal untuk dibeli oleh sebagian kalangan. Alhasil, para siswa yang ada di daerah pedesaan pun kerap memakai tas Furoshiki (kain pembungkus) sebagai penggantinya. Randoseru secara menjadi standar nasional seiring dengan pertumbuhan ekonomi di Jepang yang tinggi sejak tahun 1950-an.
Bertahun-tahun berlalu, siluet dan dimensi tas randoseru ini pun tetap tidak berubah dari prototipe kerajaan. Meski randoseru yang ditawarkan saat ini memiliki variasi beragam mulai dari segi harga, warna, dan bahan, tetap saja fungsionalitas serta keseragamannya dibuat sama.
Secara tradisional, randoseru dikenal hanya mempunyai dua warna utama yaitu warna hitam dan merah. Seiring berjalannya waktu, kini beberapa produsen sudah memiliki variasi warna tas randoseru hingga 50 warna yanh berbeda. Bahkan neberapa tas khas Jepang itu pun ada yang terbuat dari bahan berkualitas dengan variasi jahitan.
Harga Randoseru, Tas Sekolah Khas Jepang
Tas randoseru kini sudah tersedia dalam berbagai kisaran harga, dari yang sangat murah sampai yang mahal. Dilaporkan Seiban, survei menunjukkan bahwa rata-rata orang di Jepang membeli tas randoseru untuk sekolah dikisaran harga 60.000 hingga 80.000 yen atau setara dengan Rp7 juta sampai Rp9 juta.
Meski demikian, tidak sedikit keluarga yang terdorong untuk membeli Randoseru secara sukarela demi tetap mengikuti kebiasaan sosial serta membantu anak mereka untuk menyesuaikan diri.