suara hijau

Demi Masa Depan, Duta Kampus Perlu Punya Misi Keberlanjutan

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Selasa, 24 Juni 2025 | 19:46 WIB
Demi Masa Depan, Duta Kampus Perlu Punya Misi Keberlanjutan
Ilustrasi Mahasiswa peduli keberlanjutan. (Toa Heftiba/Unsplash)

Suara.com - Di tengah krisis iklim, degradasi lingkungan, dan ketimpangan sosial yang makin kompleks, peran generasi muda menjadi kunci perubahan.

Kesadaran bahwa masa depan planet ini sangat ditentukan oleh pola pikir dan tindakan hari ini mendorong banyak kampus mengembangkan pendekatan pendidikan yang lebih berdaya guna.

Tak hanya membekali mahasiswa dengan ilmu, kampus juga ditantang untuk melahirkan agen-agen perubahan yang mampu berpikir kritis, kreatif, dan peduli pada keberlanjutan.

Universitas Pelita Harapan (UPH) menunjukkan komitmen tersebut melalui ajang Grand Final Ambassador of UPH 2025 yang digelar pada 17 Juni lalu. Ajang ini bukan semata seleksi bergengsi, tetapi juga wadah pembinaan holistik untuk membentuk mahasiswa yang siap berdampak—termasuk dalam hal kesadaran lingkungan.

Melalui peran para duta kampus, UPH mendorong mahasiswa untuk tidak hanya bersinar di atas panggung, tetapi juga menyalakan perubahan yang relevan bagi masyarakat dan bumi.

Salah satu wujud nyata komitmen itu datang dari Kelly Alessandra Sugianto, mahasiswi Manajemen angkatan 2024 yang berhasil meraih gelar Winner Ambassador of UPH 2025. Dalam proyek pribadinya bertajuk Ignite, Kelly menawarkan ruang kreatif bagi mahasiswa untuk berpikir dan berkarya dengan lebih sadar—termasuk terhadap dampak sosial dan lingkungan dari aktivitas digital dan produksi konten.

Dengan menekankan pentingnya orisinalitas, kolaborasi, dan tanggung jawab, Kelly ingin menghidupkan budaya berkarya yang bukan hanya produktif, tetapi juga berdampak baik bagi sesama dan planet.

Ambassador of UPH 2025 mencari anak muda yang kritis, kreatif, dan peduli pada keberlanjutan. (Dok. Universitas Pelita Harapan)
Ambassador of UPH 2025 mencari anak muda yang kritis, kreatif, dan peduli pada keberlanjutan. (Dok. Universitas Pelita Harapan)

“Ignite akan menjadi wadah ide, tempat mahasiswa bisa bereksplorasi lewat konten, seni, dan komunitas. Saya berharap melalui proyek ini, saya dan teman-teman finalis lainnya bisa mendorong perubahan, bukan hanya lebih produktif, tapi juga lebih sadar akan panggilan hidup masing-masing,” ujar Kelly dalam sambutannya, dikutip Selasa (24/6/2025).

Di tengah euforia teknologi, terutama kecerdasan buatan (AI), Kelly mengajak mahasiswa untuk tidak kehilangan semangat mencipta secara mandiri. Ignite menggabungkan semangat kolaborasi, seni, dan teknologi ke dalam bentuk program podcast, produksi konten media sosial, hingga creative lab. Di sinilah relevansi nilai keberlanjutan muncul: kreativitas bukan hanya untuk popularitas, tetapi juga untuk kebermanfaatan.

Baca Juga: World of Barbie Jakarta Gandeng Naura Ayu, Tanamkan Semangat Percaya Diri pada Generasi Muda

Kampus sebagai inkubator gagasan pun semakin terlihat nyata. Dalam proyek ini, Kelly menerapkan pendekatan MBDL (More, Better, Different, Let Go), yang menjadi pijakan bagi mahasiswa untuk mengubah perilaku konsumsi dan produksi—konsep yang sangat selaras dengan prinsip ekonomi sirkular dan gaya hidup berkelanjutan.

Di tengah budaya digital yang cenderung instan dan berisik, Kelly mengingatkan pentingnya kesadaran: lebih sadar berkarya, lebih sadar dampak, dan lebih sadar tujuan.

Kegiatan Ambassador UPH sendiri sudah berjalan selama sepuluh tahun, namun tahun ini terasa lebih relevan dengan tantangan zaman. Dr. Eric Jobiliong, Vice President of Academics, Research, and Innovation UPH, menyataka bersyukur atas sepuluh tahun sudah Ambassador of UPH berjalan.

"Ini bukan hanya ajang mencari yang terbaik dari yang terbaik. Semua finalis adalah perwakilan kampus ini. Biarlah kalian menjadi terang dan berkat, baik di lingkungan UPH maupun di tengah masyarakat luas,” terangnya.

Melalui Ignite dan peran barunya sebagai Ambassador, Kelly dan para finalis lainnya diharapkan mampu menghidupkan nilai-nilai tanggung jawab sosial dan keberlanjutan secara konkret. Tidak lagi sekadar konsep dalam ruang kuliah, tetapi hadir sebagai aksi nyata di dunia digital dan keseharian mahasiswa.

Dalam konteks perubahan iklim, krisis sampah, dan tekanan sosial digital, inisiatif seperti Ignite bisa menjadi model bagaimana kampus membentuk agen perubahan—scholar, leader, and citizen—yang berkontribusi nyata.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI