Indonesia Darurat K3: Bagaimana Selamatkan Nyawa Pekerja di Area Berisiko Tinggi?

Dinda Rachmawati Suara.Com
Sabtu, 19 Juli 2025 | 07:55 WIB
Indonesia Darurat K3: Bagaimana Selamatkan Nyawa Pekerja di Area Berisiko Tinggi?
Keselamatan kerja, kesehatan kerja, (shutterstock)

Suara.com - Angka kecelakaan kerja di Indonesia masih menjadi perhatian serius. Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan RI, sepanjang Januari hingga Desember 2024, tercatat lebih dari 462.000 kasus kecelakaan kerja terjadi di berbagai sektor industri. 

Hal ini menegaskan pentingnya peningkatan standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), terutama di lingkungan kerja berisiko tinggi seperti ruang terbatas (confined space).

Penyebab kecelakaan kerja sendiri umumnya berasal dari faktor internal seperti kelalaian prosedur keselamatan, kurangnya pelatihan dan edukasi, kondisi fisik pekerja yang tidak fit, serta penggunaan peralatan yang tidak aman. 

Namun, tantangan tak hanya datang dari sisi internal. Faktor eksternal seperti paparan gas berbahaya, kekurangan oksigen, suhu ekstrem, atau partikel beracun, terutama di area kerja terbatas (confined space), juga kerap menjadi penyebab utama kecelakaan kerja. 

Kondisi ini membutuhkan pendekatan menyeluruh yang mencakup perencanaan matang, pelatihan intensif, dan dukungan teknologi yang andal.

Menjawab kebutuhan tersebut, Dräger Indonesia menggelar workshop bertajuk “Managing Risks: Confined Space Entry & Health and Safety at the Workplace” di Jakarta. 

Dalam kesempatan ini, untuk melindungi para pekerja di Area Berisiko Tinggi, Dräger Indonesia juga meluncurkan dua solusi inovatif: Detektor multigas X-am 2600 dan SCBA PSS 3000E (Self-Contained Breathing Apparatus) yang dirancang untuk melindungi pekerja dari paparan gas beracun dan kekurangan oksigen.

Kegiatan ini dihadiri oleh para profesional K3 dari berbagai sektor industri dan bertujuan untuk memperkuat pemahaman terhadap risiko ruang terbatas serta langkah-langkah perlindungannya.

Dalam sesi workshop, para peserta mendapatkan wawasan praktis mengenai pentingnya sistem deteksi gas dan perlindungan pernapasan bagi pekerja di area berisiko tinggi. 

Baca Juga: Gagal Selamatkan Buruh Sritex, Wamen Noel Tak Tepati Janji, Jhon Sitorus: Lip Service

Keselamatan kerja harus dimulai dari edukasi dan kesadaran, bukan hanya pada saat terjadi insiden,” ujar Ratna Kurniawati, Managing Director Dräger Indonesia. 

Ia menekankan bahwa kolaborasi antara penyedia teknologi, industri, dan regulator menjadi kunci dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman dan berkelanjutan.

Salah satu diskusi yang mengemuka adalah kebutuhan akan perangkat pendukung keselamatan yang mudah diakses namun tetap memenuhi standar kualitas global. 

Peralatan seperti detektor gas portabel dan alat bantu pernapasan dipaparkan sebagai solusi untuk mendeteksi bahaya sejak dini dan memberikan perlindungan optimal dalam situasi darurat.

Emanuel Eko Haryanto, praktisi Environment, Health & Safety (EHS), juga menyoroti pentingnya konsistensi dalam menjalankan SOP dan pelatihan rutin. 

“Banyak kecelakaan terjadi bukan karena tidak tahu, tapi karena tidak terbiasa disiplin,” tegasnya. Ia mendorong agar pelatihan dan simulasi menjadi bagian dari budaya kerja, bukan sekadar formalitas.

Dräger Indonesia melalui kegiatan ini menegaskan peran aktifnya dalam mendukung terciptanya sistem keselamatan kerja yang lebih kuat. 

Tidak hanya melalui pengenalan solusi teknis, tetapi juga lewat komitmen jangka panjang dalam bidang edukasi dan layanan pasca-penjualan.

“Keselamatan adalah investasi. Ketika pekerja merasa aman, produktivitas meningkat, dan risiko jangka panjang dapat ditekan. Kami percaya bahwa teknologi dan pelatihan yang tepat adalah bagian penting dari ekosistem K3 yang ideal,” tutup Ratna.

Dengan meningkatnya kesadaran dan kolaborasi lintas sektor, diharapkan industri di Indonesia dapat bergerak menuju budaya keselamatan kerja yang lebih kokoh, inklusif, dan berkelanjutan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI