Suara.com - Bukan hanya karena FOMO mendaki, Gunung Rinjani menjadi tempat tepat untuk obat hati. Gunung yang satu ini banyak disukai para pendaki dari seluruh Indonesia bahkan sampai dari luar negeri. Mengapa Gunung Rinjani banyak diminati pendaki dan penghobi outdoor? Yuk, ikuti pengalaman 4 sekawan dengan anggota: Mas Ridwan, Mas Amy, Mas Sigit, dan Mas Sandy yang merupakan pendaki ulung dari EMCO Paint!
Ketinggiannya Menjadi Tantangan Tersendiri
Bukan gunung sembarangan yang friendly untuk newbie, Rinjani yang berlokasi di Nusa Tenggara Barat ini punya ketinggian 3.726 meter di atas permukaan laut. Ini mencapai peringkat gunung tertinggi ke 3 di Indonesia setelah Puncak Jayawijaya pada 4.884 mdpl di Papua dan Gunung Kerinci di Sumatera Barat dengan ketinggian 3.805 mdpl.
Pesona Rinjani sudah mencapai kancah internasional, sehingga banyak pendaki bule yang menjadikan Rinjani sebagai salah satu target besar yang harus dituntaskan.
Bagaikan filosofi pungguk merindukan bulan, ketika pendaki berhasil mencapai puncak Gunung Rinjani bahagianya tiada tanding. Biasanya pendaki memiliki target muncak yang silih berganti seperti daftar to-do-list. Jika sudah berhasil menaklukkan Gunung Rinjani, para pendaki lebih yakin dan berani untuk menghadapi Gunung Kerinci, Puncak Jayawijaya, atau gunung lain yang lebih menantang.
Ada 3 pilihan rute familiar yang banyak dipilih oleh pendaki, diantaranya: Rute Sembalun, Rute Senaru dan Rute Torean. Tiga rute tersebut memiliki tantangan masing-masing beserta keindahan alamnya.
Dari hasil menabung beberapa bulan sebelumnya, Mas Ridwan, Mas Amy, Mas Sigit, dan Mas Sandy memutuskan pendakian dilakukan tanggal 29 - 31 Mei 2025. Sebagai pendaki yang cukup berpengalaman, empat sekawan ini mendapatkan dukungan dari perusahaan tempat mereka bekerja yaitu PT Mataram Paint (EMCO Paint) untuk memperjuangkan kebanggaannya di Gunung Rinjani.
Dengan penuh pertimbangan, rute pendakian yang diambil adalah Sembalun. Rute yang dilewati cukup menantang, dengan adanya Bukit Penyesalan namun karena pengalaman mereka, perjalanan yang dilalui terasa menyenangkan.
Perjuangan Mencapai Puncak Bagai Berburu Hidden Gem
Baca Juga: Proses Pengadaan Perusahaan Semakin Efisien dengan Fitur Tender Kilat PaDi UMKM
Perjalanan dimulai dini hari saat dingin dan gelap, menyusuri Pelawangan Sembalun menuju ke Punggunggan. Di Punggunggan, Mas Ridwan, Mas Amy, Mas Sigit, dan Mas Sandy menyusuri jalanan yang sempit dan curam dengan kanan-kiri jurang. Salah langkah satu tapak saja, sudah tak terbayang ada apa yang menanti di bawah sana. Keinginan untuk mundur sangatlah besar, namun motivasi menaklukkan Rinjani jauh lebih mendominasi tiap pijak langkah mereka.
“Bukan hanya sunrise, dari atas sana akan terlihat danau yang cantik, dan diatas sana juga ada kemenangan kita” adalah isi benak 4 sekawan ini. Menyusuri jalan berpasir yang susah ditapak, gelap, dan suhu dingin hingga 6°C, mereka bagaikan Indiana Jones yang mencari Hidden Gem. Hidden Gem itu adalah pemandangan Danau Segara Anak yang memiliki air biru jernih. Pemandangan puncak dengan latar belakang danau hanya ada di Rinjani.
Biasanya para pendaki beristirahat sambil menikmati indahnya danau ini saat perjalanan turun ke Rute Torean. Kegiatan lainnya yang bisa dilakukan di sekitar Danau Segara Anak adalah memancing dan mengunjungi sumber air panas alami Air Kalak. Danau ini adalah tempat suci bagi suku Sasak di Nusa Tenggara Barat. Sehingga tingkat disiplin Zero Waste sangatlah ketat di wilayah Rinjani.
Rinjani menerapkan Zero Waste dengan ketat, pendaki dilarang membawa makanan yang ada kemasan, makanan harus dipindahkan ke kotak penyimpan makanan. Semua bekal logistik (makanan dan minuman) di data jenis dan jumlahnya untuk diperiksa kembali saat turun di pos checkpoint. Aturan yang ketat ini tidak akan menggoyahkan para pendaki baik lokal maupun mancanegara untuk menikmati pesona Rinjani dan Danau Segara Anak.

Puncak Rinjani Meluapkan Isi Hati
Dari Puncak Gunung Rinjani bisa melihat pemandangan Danau Segara Anak dan pemandangan Camp Area Pelawangan 4 yang jadi perhentian empat sekawan EMCO. Setelah berjam-jam berjalan melalui jalur pendakian, mencapai puncak adalah momen sakral bagi para pendaki. Di satu sisi langit terbentang luas saat berdiri pada titik tertinggi, tapi di sisi lain kita sebagai manusia merasa kecil di tengah megahnya gunung.