Semangat Namin di Usia Senja: Bersepeda Tengah Malam Demi Rezeki dan Lingkungan

Suhardiman Suara.Com
Kamis, 07 Agustus 2025 | 12:28 WIB
Semangat Namin di Usia Senja: Bersepeda Tengah Malam Demi Rezeki dan Lingkungan
Seorang pria memulung menggunakan sepeda malam hari. [ChatGPT]

Suara.com - Saat sebagian orang seusianya menikmati masa pensiun dengan beristirahat, Namin (59) justru memilih jalan yang berbeda.

Ia bangkit menjadi pejuang lingkungan dan tulang punggung keluarga melalui peran barunya sebagai pemulung dan pedagang kopi keliling.

Berbasis di Gang Meranti, RT 02 RW 02, Kelurahan Buaran, Kecamatan Tangerang, Namin kini menjadi bagian dari Bank Sampah Meranti.

Setiap malam tepat pukul 23.00 WIB, ia mulai mengayuh sepedanya menyusuri kawasan Taman Royal, Jalan Agus Salim, hingga Benteng Betawi.

Di bawah lampu jalan yang temaram, ia memunguti botol plastik, kardus, kaleng bekas, dan limbah rumah tangga lainnya yang masih bisa didaur ulang.

"Kalau malam itu saya muter, ngambil gelas plastik, botol-botol, kardus. Apa saja yang bisa dijual," katanya melansir dari situs ppid tangerangkota.

Kegiatan itu ia lakukan hingga pukul 04.00 WIB. Dari hasil kerja kerasnya, ia bisa mengantongi sekitar Rp 60 ribu hingga Rp 80 ribu per hari.

"Lumayan, kalau sebulan ya alhamdulillah saya bisa menghasilkan sekitar Rp 2,5 juta untuk kehidupan istri dan anaknya," ujarnya.

Uang itu cukup untuk memenuhi kebutuhan bersama istri dan satu anak yang masih tinggal bersamanya.

Pensiun Bukan Akhir Perjalanan

Namin adalah mantan office boy di Kementerian Hukum dan HAM yang telah pensiun. Setelah sempat menganggur dan bingung harus berbuat apa, ia menolak diam. Ia menyadari bahwa masih ada tanggung jawab dan semangat hidup yang perlu dijaga.

"Saya pikir, daripada enggak ada kerjaan, mendingan memulung. Buat kebutuhan sehari-hari. Saya juga melihat pensiunan lainnya tetap bisa berkarya, masa saya enggak bisa. Di situ saya mulai perjuangan saya," ungkapnya.

Saat pagi menjelang dan aktivitas pemulung selesai, Namin tidak langsung beristirahat. Ia berganti peran menjadi penjual kopi keliling.

Dengan membawa termos dan gelas, ia menyusuri kompleks perumahan, menjajakan kopi dengan senyum ramah.

"Kopinya saya ambil dari warung. Saya jual keliling. Kalau capek ya istirahat, kalau lapar ya makan. Habis itu bersih-bersih botol dan kardus yang berhasil saya kumpulkan," ceritanya.

Bagi Namin, apa yang ia lakukan bukan hanya soal rupiah. Ini adalah bentuk menjaga lingkungan. Ia menyayangkan masih banyak orang yang sembarangan membuang sampah tanpa menyadari potensi ekonominya.

"Saya mau bilang sama orang-orang, coba pilah. Jangan buang sembarangan. Sampah ini enggak basi, bisa dikumpulin, bisa dijual. Bahkan bisa bantu hidup orang lain," jelasnya.

Bagi Namin, apa yang ia lakukan bukan hanya soal rupiah. Ini adalah bentuk perlawanan terhadap nasib dan kontribusi nyata bagi bumi.

"Saya mau bilang sama orang-orang, coba pilah. Jangan buang sembarangan. Sampah ini enggak basi, bisa dikumpulin, bisa dijual. Bahkan bisa bantu hidup orang lain," ucapnya.

Meski hidup dalam keterbatasan, ia tetap tegar dan bersyukur. Melalui Bank Sampah Meranti, Namin tidak hanya mencukupi keluarganya, tapi juga menjaga lingkungannya tetap bersih.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI