Dia menjelaskan bahwa anggaran tersebut hanya mencakup tim animator dan perlengkapan produksi, belum termasuk biaya promosi seperti gala premiere.
“Kalau dibandingkan dengan produksi animator-animator luar negeri, biayanya sangat besar. Kami membuat film ini dengan semangat gotong royong demi memberikan kontribusi untuk bangsa,” kata Sonny.
Sonny menekankan bahwa proyek ini dijalankan dengan semangat gotong royong dan niat untuk berkontribusi bagi bangsa.
"Kami terus terang pembuatan film ini pertama kali kita didasarin antara kita untuk memberikan sumbangsih," ujarnya.
Sonny menegaskan bahwa film ini adalah upaya para pekerja kreatif untuk memberikan sesuatu di ulang tahun kemerdekaan ke-80 Republik Indonesia.
"Kita ingin mewarnai bagaimana para pekerja kreatif perfilman Indonesia ini ingin memberikan sesuatu pada 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia," ungkap Sonny.
"Sehingga kita bersama-sama baik animatornya segala macam itu memberikan kontribusi," sambungnya.
Meskipun menuai banyak komentar negatif, pernyataan Sonny Pudjisasono ini memberikan perspektif lain. Terlepas dari hasil akhir yang kontroversial, film ini tampaknya lahir dari niat mulia untuk meramaikan industri animasi lokal dan memperingati hari bersejarah bangsa.
Kontributor : Trias Rohmadoni
Baca Juga: Siapa Junaid Miran? Kreator yang Sebut Film Merah Putih One For All Pakai Karakternya Tanpa Izin