JF3 Fashion Festival 2025: Perjumpaan Avant-Garde Victor Clavelly dan Spirit URUB dari LAKON

Rabu, 13 Agustus 2025 | 13:07 WIB
JF3 Fashion Festival 2025: Perjumpaan Avant-Garde Victor Clavelly dan Spirit URUB dari LAKON
Salah satu karya Victor Clavelly, dalam koleksi terbarunya yang berjudul “Les Fragments” di ajang JF3 Fashion Festival Jakarta (Dok: JF3)

Suara.com - JF3 Fashion Festival 2025 kembali menjadi panggung penting bagi dunia mode Asia dengan menyuguhkan ragam koleksi dari desainer lokal hingga internasional. Tahun ini, sorotan utama jatuh pada debut perdana Victor Clavelly di Asia serta koleksi kontemplatif bertajuk URUB dari LAKON Indonesia.

Dua narasi kreatif yang berbeda ini bertemu dalam satu panggung, memperkuat posisi JF3 sebagai ajang yang bukan hanya merayakan keindahan busana, tetapi juga menggugah pemikiran.

Desainer asal Prancis, Victor Clavelly, mempersembahkan koleksi terbarunya, Les Fragments, di JF3 Fashion Festival Jakarta. Kehadirannya menandai babak baru dalam kariernya sekaligus membuka dialog kreatif antara Eropa dan Asia.

Desainer asal Prancis, Victor Clavelly, secara resmi mempersembahkan koleksi terbarunya yang berjudul “Les Fragments” di ajang JF3 Fashion Festival Jakarta, debut perdana di JF3 Fashion Festival Jakarta 2025 (Dok: JF3)
Desainer asal Prancis, Victor Clavelly, secara resmi mempersembahkan koleksi terbarunya yang berjudul “Les Fragments” di ajang JF3 Fashion Festival Jakarta, debut perdana di JF3 Fashion Festival Jakarta 2025 (Dok: JF3)

Sebelumnya, Clavelly telah mencuri perhatian di kancah global lewat eksplorasi bentuk-bentuk skulptural, teknik pencetakan 3D, dan pendekatan naratif yang kuat dalam setiap karyanya. Kolaborasinya dengan nama-nama besar seperti Rick Owens dan Katy Perry telah memperkuat reputasinya di ranah fashion avant-garde.

“Saya sangat antusias mempersembahkan karya saya untuk pertama kalinya di Asia melalui JF3 Fashion Festival di Jakarta,” ungkap Clavelly. “Saya ingin membuka dialog baru dengan audiens di Jakarta.”

Koleksi Les Fragments, yang sebelumnya dipresentasikan di Paris Men's Fashion Week, mengusung visi dunia pasca-antroposen—sebuah lanskap fiksi masa depan di mana tubuh manusia bertransformasi menjadi entitas hibrida, hidup di antara batas organik dan artifisial.

Melalui denim yang direkonstruksi, chainmail modular berbasis 3D printing, hingga siluet eksperimental hasil tangan sendiri di Paris, Clavelly mengajak penonton untuk merenungkan ulang identitas, anatomi, dan memori tubuh manusia.

“Tubuh dalam koleksi ini adalah sesuatu yang terus berubah dan berevolusi. Saya ingin menantang batas antara yang alami dan yang buatan,” jelasnya.

Penampilan Clavelly pada 30 Juli 2025 menjadi salah satu highlight yang membuka wawasan baru bagi audiens Indonesia, sekaligus memperkaya narasi mode kontemporer global yang kini berpusat juga di Asia.

Baca Juga: Rumah BUMN Binaan BRI Ubah Nasib, Berikut Kisah Inspiratif UMKM dengan Omset Menggiurkan

Thresia Mareta, pendiri LAKON Indonesia (Dok: JF3)
Thresia Mareta, pendiri LAKON Indonesia (Dok: JF3)

Berbeda dengan pendekatan futuristik Clavelly, koleksi URUB dari LAKON Indonesia membawa penonton kembali pada akar spiritual dan budaya Nusantara. Lewat karya ini, desainer merangkul filosofi lokal “urip iku urub” yang berarti “hidup adalah nyala.”

Ini bukan sekadar koleksi, tapi refleksi hidup sebagai bentuk pengabdian dan pengorbanan, sebagaimana ibu yang melahirkan, gunung yang meletus untuk menciptakan kehidupan baru, atau bahkan bintang yang meledak agar galaksi bisa terbentuk.

“URUB adalah nyala besar yang kami harap dapat menerangi,” tulis LAKON dalam pernyataan koleksi mereka. “Setiap helai adalah hasil dari perjalanan panjang penuh pemikiran, dedikasi, dan cinta.”

Salah satu karya LAKON di ajang JF3 Fashion Festival Jakarta (Dok: JF3)
Salah satu karya LAKON di ajang JF3 Fashion Festival Jakarta (Dok: JF3)

Dalam koleksi ini, kolaborasi dengan para pengrajin lokal menjadi fondasi utama. Batik, tenun, dan teknik tradisional lain dirajut bersama narasi kebijaksanaan, pengorbanan, dan cinta yang tak egois. Busana bukan hanya estetika, tapi medium pesan. Dengan tangan, hati, dan jiwa, URUB berupaya menyalakan kembali nyala budaya tekstil Indonesia yang perlahan meredup.

URUB bukan nostalgia, melainkan bentuk penghormatan yang hidup—yang menyala kembali di tengah era modern yang sering kali kehilangan makna memberi.

Sejak awal 2000-an, JF3 Fashion Festival telah menjadi jembatan penting antara industri fashion Indonesia dan dunia internasional. Festival ini bukan hanya memperkenalkan desainer baru, tetapi juga merawat ekosistem mode yang inklusif dan berdaya tahan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI