Suara.com - Gaya parenting yang diterapkan Soimah kini menjadi kontroversi. Sosok sinden kondang tersebut disebut-sebut menerapkan parenting VOC yang dituding kejam.
Semua berawal ketika podcast Soimah bersama Raditya Dika viral.
Kala itu, Soimah mengaku bahwa ia menerapkan pola pendidikan yang keras. Tak hanya pada sang anak, Soimah bahkan tegas ke pacar anaknya.
Ia mengaku sempat memarahi hingga memaki pacar anaknya untuk memastikan apakah pacar sang anak setia.
"Pokoknya dengan mulutku ini aku ospek (pacar anakku). Sempat awal-awal tuh dia nangis karena aku maki-maki dengan caraku. Kamu gak ada cowok lain sampai macarin anakku dari SMA," ujar Soimah kala diwawancarai Raditya Dika, dikutip Sabtu (16/8/2025).
Pacar anak Soimah tersebut bahkan sampai menangis dan meminta untuk putus karena tak kuat dengan metode yang diterapkan Soimah.
"Habis anterin pacarnya anakku, (dia) bangunin aku. Bilangnya dia minta putus. Yaudah aku bilang putusin aja," lanjut Soimah.
Tak sedikit pihak yang menentang apa yang diterapkan oleh sosok pesinden tersebut.
Banyak yang menilai bahwa metode Soimah bukan metode mendidik anak melainkan merundung anak.
Baca Juga: Soimah Maki-Maki Pacar Anak untuk Uji Mental, Netizen Murka: Arogan!
Apalagi, ia melampiaskan emosinya bukan ke anaknya sendiri melainkan anak orang lain.
Seorang warganet menilai bahwa Soimah masih menerapkan metode pendidikan yang usang turunan dari generasi sebelumnya.
"IMO akar masalahnya ya dari didikan turun temurun kalo lihat cuplikan ini. Soimah dapet parenting ala VOC dari ibunya. Berhubung dia anaknya cowo semua, makanya “tradisi ospek” dia lampiasin ke calon mantu-mantunya, yang tentu saja cewe," tulis warganet.
Lantas, apakah memang benar bahwa parenting VOC membawa segudang permasalahan bagi anak?
Mari simak penjelasan dari segi ilmiah.
Mengenal pengertian dan dampak parenting VOC

Parenting VOC adalah istilah yang relatif baru.
Istilah tersebut dituturkan oleh warganet untuk menggambarkan gaya mengasuh anak dengan keras.
Mengutip kamus Oxford Dictionary, 'parenting' merujuk kepada gaya seorang orang tua memberikan pengasuhan dan mengajari anak mereka pembelajaran tentang kehidupan.
Lalu 'VOC' merujuk pada perusahaan Hindia Belanda, Vereenigde Oostindische Compagnie atau VOC yang sempat memonopoli perdagangan di Nusantara dengan tangan besi.
Lebih lanjut dijelaskan dalam penjelasan oleh Psikolog Klinis, Kanina dari RS Sumber Kasih melalui kanal resmi mereka, parenting VOC merujuk pada gaya pengasuhan yang super ketat dan mengedepankan kedisiplinan.
Tak jarang pola seperti 'menjajah' akhirnya diterapkan dalam pola parenting VOC yang akhirnya melahirkan istilah tersebut.
Memang bahwa parenting VOC bertujuan agar anak bisa patuh dan disiplin.
Namun, parenting VOC tak bisa serta merta diterapkan secara mutlak oleh orang tua karena akan berdampak buruk pada anak.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Kanina, dikutip Sabtu (16/8/2025) parenting VOC cenderung otoriter dan minim empati kepada anak.
Anak tak punya ruang untuk mengekspresikan perasaan mereka sebenarnya. Orang tua akhirnya mendorong anak melebihi batas kemampuan mereka terlebih si anak berada di dalam kondisi emosional yang stabil atau tidak.
Kanina memberikan ciri-ciri parenting VOC yang tak memberikan ruang bagi anak untuk berbicara.
Adapun melalui pola pengasuhan tersebut, anak tumbuh menjadi sosok yang pendiam dan memilih untuk tak mengeluarkan isi pikiran mereka.
Anak akhirnya jadi minim inisiatif, terutama saat bertukar pendapat dan bercerita dengan orang lain.
Parenting VOC juga membuat anak kurang terbuka secara emosional, sehingga tak punya tempat untuk mengekspresikan diri bahkan merasa tak aman dan tak nyaman dengan orang tua mereka sendiri.
Kecemasan dan takut salah hingga rasa minim percaya diri juga akan tumbuh pada anak yang dididik secara parenting VOC.
Kontributor : Armand Ilham