Sinergi Gaya Belajar dan Mengajar
Salah satu penemuan paling signifikan dari pemetaan ini adalah dominasi gaya belajar kinestetik (belajar melalui gerakan dan praktik) di kalangan siswa, yang mencapai 50,5%, diikuti oleh auditory (30%) dan visual (19,5%).
Menariknya, data menunjukkan bahwa gaya mengajar para guru di Sekolah Rakyat juga selaras, dengan mayoritas guru memiliki gaya kinestetik (53,5%).
Keselarasan ini menciptakan lingkungan belajar-mengajar yang jauh lebih efektif, karena guru dapat secara intuitif menerapkan metode yang paling sesuai dengan karakteristik siswanya, seperti simulasi dan praktik langsung.
Founder ESQ Leadership Center, Ary Ginanjar Agustian, menyebut konsep Sekolah Rakyat sebagai model pendidikan yang sempurna untuk menyongsong masa depan.
Menurutnya, masalah utama yang dihadapi sistem pendidikan saat ini adalah kebingungan siswa dalam menentukan masa depan mereka.
"Percaya, Tahun 2045, Sekolah Rakyatlah nukleus (inti sel) Indonesia Emas Tahun 2045," ujar Ary dengan penuh keyakinan.
Ia menyoroti fakta bahwa 92 persen siswa SMA sering kali bingung menentukan jurusan kuliah dan karier.
"Tapi itu tidak terjadi di Sekolah Rakyat, karena begitu (kelas) satu SMA, dia tahu mana Bahasa, mana IPA, mana dokter, mana pengusaha, dan mana nelayan," imbuhnya.
Baca Juga: Dukung Pembangunan Sekolah Rakyat, Brantas Abipraya Bangun Infrastruktur Jalan untuk Mobilitas
Bagi Ary, ilmu paling fundamental dalam hidup adalah kemampuan untuk mengenali diri sendiri.
"Bagaimana cara kenal diri, hanya ada di Sekolah Rakyat, dengan manajemen talent DNA," tuturnya.