Waspadai Phishing Berkedok Pengiriman Barang, Asmara Abigail Pernah Jadi Korban dan Rugi Rp 70 Juta

Vania Rossa Suara.Com
Selasa, 02 September 2025 | 12:35 WIB
Waspadai Phishing Berkedok Pengiriman Barang, Asmara Abigail Pernah Jadi Korban dan Rugi Rp 70 Juta
Asmara Abigail. (Youtube)

Suara.com - Di era serba digital, transaksi online sudah menjadi bagian dari keseharian banyak orang. Mulai dari belanja kebutuhan sehari-hari, membeli barang elektronik, hingga sekadar memesan camilan favorit, semuanya kini bisa dilakukan lewat ujung jari. Tapi, di balik kemudahan itu, ada ancaman yang sering kali tidak disadari: penipuan online atau phishing.

Phishing adalah upaya penipuan yang dilakukan pelaku dengan cara berpura-pura menjadi pihak terpercaya, misalnya bank, e-commerce, atau jasa pengiriman barang. Tujuannya jelas, mencuri data pribadi hingga menguras rekening korban.

Menurut laporan Kaspersky (2024), serangan phishing di Indonesia meningkat hingga 70% dalam dua tahun terakhir, dengan modus paling sering adalah mengatasnamakan layanan pengiriman paket.

Modus Phishing Lewat Pengiriman Paket

Belakangan, modus penipuan yang meniru layanan pengiriman makin marak. Biasanya skenario yang dimainkan terlihat sederhana, tapi sangat meyakinkan:

1. Pesan dari Nomor Tidak Dikenal

Korban mendapat SMS, WhatsApp, atau bahkan iMessage dari nomor asing yang mengaku sebagai pihak jasa ekspedisi. Pesannya menyebut ada paket bermasalah atau tertahan.

2. File atau Tautan Berbahaya

Pesan itu sering menyertakan file APK atau link untuk “melacak paket” atau “melunasi biaya tambahan”.

Baca Juga: Cara Baru di WhatsApp Untuk Diamkan Nomor Penipuan yang Meresahkan

3. Instalasi Malware

Begitu file dibuka, malware otomatis terpasang di ponsel korban.

4. Pencurian Data

Malware memberi akses kepada pelaku untuk mengintip data pribadi, termasuk SMS berisi kode OTP atau informasi m-banking.

5. Rekening Terkuras

Dalam hitungan menit, saldo rekening korban bisa terkuras habis.

Kementerian Kominfo bahkan mencatat lebih dari 12 ribu laporan penipuan digital sepanjang semester pertama 2024, dengan modus paket palsu sebagai salah satu yang paling dominan.

Kisah Nyata: Asmara Abigail Jadi Korban

Kasus ini benar-benar dialami aktris Asmara Abigail. Ia mengaku kehilangan uang hingga Rp70 juta gara-gara tertipu phishing lewat pesan paket misterius.

“Aku coba sampai lima kali transaksi, ternyata semuanya sukses. Dan ternyata nominalnya SAR, Riyal. Jadi total finansial yang hilang dari account kredit card itu sekitar Rp70 juta,” ungkap Asmara.

Padahal, Asmara dikenal sering membintangi film horor. Namun, pengalaman ini jadi momen paling menakutkan yang benar-benar ia alami di dunia nyata.

Beruntung, dari pengalaman pahit itu, Asmara kini lebih waspada. Ia pun menggandeng J&T Express dalam kampanye edukasi publik agar masyarakat tidak mudah percaya pesan mencurigakan yang mengatasnamakan jasa ekspedisi.

Ragam Modus Baru Phishing

Ilustrasi phising lewat link SMS. (Youtube)
Ilustrasi phising lewat link SMS. (Youtube)

Yang bikin phishing makin berbahaya adalah inovasi para pelaku. Beberapa tren terbaru antara lain:

  • Phishing berbasis AI: pesan dibuat sangat mirip gaya komunikasi korban.
  • Vishing dengan deepfake: suara palsu mirip tokoh penting dipakai untuk menipu via telepon.
  • Smishing canggih: SMS berbahaya dengan domain mirip situs resmi.
  • Refund scam: korban diarahkan ke situs palsu saat mengajukan komplain transaksi.

Hal ini sejalan dengan pengakuan Herline Septia, Brand Communication J&T Express, yang mengatakan bahwa ragam phising lumayan banyak, tapi paling banyak biasanya lewat SMS yang meminta dana tambahan.

"Mereka pinter banget, contohnya ada pelanggan yang sibuk syuting, pikir cuma bayar Rp9 ribu, ternyata dikali berkali-kali dan nominalnya dalam Riyal. Jadi, kita ingin pelanggan makin pintar, lebih tahu, dan jangan sampai ada yang tertipu lagi,” jelasnya.

Upaya Edukasi dari J&T Express

Melihat fenomena ini, J&T Express, perusahaan logistik berskala global yang tahun ini merayakan perjalanan satu dekade kehadirannya di Indonesia, menegaskan komitmennya untuk turut memberantas upaya penipuan online yang saat ini kian marak.

Perayaan satu dekade bertema Bersama, Membangun Bangsa, menjadi momentum bagi J&T Express untuk merefleksikan kontribusinya terhadap perkembangan industri logistik, sekaligus peran aktifnya dalam inisiatif sosial yang berkelanjutan.

Media Gathering J&T Express 10th Anniversary. (dok. J&T Express)
Media Gathering J&T Express 10th Anniversary. (dok. J&T Express)

Selama 10 tahun terakhir, J&T Express tidak hanya fokus pada pertumbuhan bisnis, tetapi juga konsisten melaksanakan berbagai program sosial seperti pemberdayaan UMKM, program literasi dan pendidikan, serta kampanye kesadaran digital. 

Salah satu kampanyenya yang saat ini tengah digencarkan adalah 3C: Customer, Collaboration, and Care.

  • Customer: mengedepankan edukasi agar pelanggan makin cerdas dalam mengenali phishing.
  • Collaboration: menggandeng publik figur seperti Asmara Abigail untuk menyuarakan pengalaman nyata, sehingga pesan lebih mengena.
  • Care: aktif memberikan peringatan lewat kanal resmi, mulai dari media sosial hingga website, agar masyarakat bisa lebih hati-hati.

Herline menambahkan, “Kasus phishing ini bukan hanya keresahan satu-dua orang, tapi banyak pelanggan. Makanya kami serius ingin memastikan edukasi ini sampai, supaya tidak ada lagi yang dirugikan.”

Cara Menghindari Phishing Paket

Supaya tidak ikut jadi korban, ini beberapa langkah sederhana tapi penting:

  1. Jangan mudah percaya pesan dari nomor asing.
  2. Hindari klik tautan atau file APK yang tidak jelas.
  3. Unduh aplikasi hanya dari toko resmi.
  4. Cek izin akses aplikasi sebelum instalasi.
  5. Blokir nomor mencurigakan.
  6. Jangan pernah bagikan data sensitif (PIN, OTP, password).

Kasus yang menimpa Asmara Abigail adalah bukti nyata bahwa phishing bisa menimpa siapa saja, bahkan figur publik sekalipun. Di tengah makin canggihnya modus penipuan, kuncinya ada pada kewaspadaan kita.

Edukasi yang dilakukan J&T Express bersama publik figur seperti Asmara adalah langkah penting untuk melawan tren penipuan digital. Karena pada akhirnya, keamanan dalam bertransaksi online bukan hanya tanggung jawab perusahaan, tapi juga setiap individu untuk lebih cermat dan hati-hati.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI

Ingin dapat update berita terbaru langsung di browser Anda?