- Tindakan dan perkataan Yudo Sadewa menimbulkan kontroversi karena dianggap munafik dan arogan.
- Kontroversi ini memberikan "tamparan" keras terhadap Yudo Sadewa dan ayahnya.
- Yudo Sadewa memiliki pola perilaku yang cenderung memicu kontroversi.
Suara.com - Belum kering tinta pelantikan ayahnya, Purbaya Yudhi Sadewa, sebagai Menteri Keuangan baru, putranya, Yudo Sadewa, sudah meledakkan kontroversi di jagat maya.
Sebuah video yang menampilkan dirinya menggurui publik tentang empat ciri orang miskin menjadi bumerang, memicu badai kecaman karena dinilai arogan, tidak berempati, dan penuh kemunafikan.
Kontroversi ini bukan hanya soal kata-kata, tetapi juga tentang simbol-simbol kemewahan yang ia pamerkan saat melontarkan kritikannya, menciptakan sebuah potret ironi yang sempurna.
Dengan gaya layaknya seorang motivator, Yudo Sadewa memaparkan empat karakteristik yang menurutnya menjadi ciri orang miskin. Keempatnya adalah:
1. Mentalitas Kepiting : Sikap iri dan ingin menjatuhkan orang lain.
2. Sikap Munafik: Sering berdalih dengan ungkapan "harta tidak dibawa mati".
3. Cenderung Rasis.
4. "Mental Pengemis": Yang ia sebut sebagai sifat paling sulit dihilangkan.
Namun, alih-alih mendapat pujian, ceramah singkatnya ini justru dianggap sebagai pandangan dari menara gading yang gagal total memahami akar kemiskinan.
Baca Juga: Menkeu Purbaya: 10 Bulan Pemerintah Prabowo Kesejahteraan Rakyat Naik, Kemiskinan Turun Drastis
Kemarahan publik memuncak bukan hanya karena ucapan Yudo, tetapi karena apa yang ia kenakan dan lakukan saat berbicara.
Saat menyebut orang miskin "rasis", Yudo dengan sengaja memamerkan kartu ATM BCA Prioritas miliknya ke arah kamera sebuah simbol status dan kekayaan yang hanya dimiliki segelintir orang.

Puncak ironi tak berhenti di situ. Ia menyampaikan "wejangan" tersebut sambil mengenakan hoodie A Bathing Ape (BAPE) seri Shark Full Zip.
Berdasarkan katalog resmi, jaket mewah itu dibanderol dengan harga nyaris Rp9 juta.
Gestur ini dianggap sebagai puncak arogansi. Warganet menilai Yudo gagal paham bahwa kemiskinan adalah masalah struktural, bukan sekadar mentalitas.
“Privilege berbicara. Dia tidak sadar kalau kartu prioritas dan fasilitasnya itu mungkin juga berasal dari pajak rakyat,” tulis seorang pengguna X (Twitter), menyindir posisi ayahnya sebagai pengelola keuangan negara.