Sang penulis juga bekerja sama dengan beberapa pihak seperti Dosen Pascasarjana UGM Aprinus Salam dan Purwadi untuk menulis keseluruhan buku Gibran The Next President dengan kontribusi beberapa esai.
Bersama-sama para penulis dan kontributor mencoba merangkai Gibran dalam kacamata budaya Jawa, yakni dengan mencoba menjelaskan cara pandang, sikap, dan pemikiran Gibran yang dianggap unik serta berbeda dari persepsi umum.
Penulis mengakui bahwa buku ini ditulis tanpa wawancara mendalam dengan Gibran. Foto-foto yang digunakan dalam buku sebagai ilustrasi juga diambil dari internet.
Terhitung ada 14 esai hampir semuanya secara eksplisit membahas Gibran. Namun, salah satu esai karya Aprinus Salam berjudul Semacam Posdistopia, Alangkah Beratnya Menjadi Pemuda (di) Indonesia tidak menyebut nama Gibran sama sekali.
Upaya besar Ahmad Bahar hingga sampai menggandeng para akademisi demi mendongkrak minat buku Gibran The Next President sayangnya harus dihadapkan dengan realita pahit.
Pasalnya, Gibran The Next President disinyalir tak laku karena isinya kurang menarik.
Kader Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Umar Hasibuan bahkan sampai mengkritisi isi buku tersebut dan mengaku enggan menghabiskan sepeser pun untuk membeli buku karya Ahmad Bahar itu.
“Dikasih gratis juga saya gak akan mau baca. Sorry ye,” cuit Umar Hasibuan yang memang dikenal kerap mengkritisi Gibran.
Adapun setelah ditelusuri, buku Gibran The Next President dijual dengan harga yang relatif sangat murah untuk buku dengan total 152 halaman.
Baca Juga: Menguak Kiprah Roy Suryo yang Ditunjuk Jadi Ahli Pemakzulan Gibran: dari Narasumber hingga Menteri
Gibran The Next President dibanderol dengan harga Rp14.999 atau Rp15 ribu sebagaimana yang tertera di Google Play Book.
Berdasarkan pantauan Suara.com, hanya Google Play Book yang menjual buku Gibran Gibran The Next President.
Kanal e-commerce lain hingga detik ini urung menjual buku tersebut.
Kontributor : Armand Ilham