Langkahnya mundur menjadi sebuah anomali. Di saat banyak orang berebut kursi kekuasaan, Sophan Sophiaan justru meninggalkannya demi sebuah prinsip. Ia menjadi anggota DPR/MPR pertama di era Reformasi yang berani mundur karena perbedaan sikap politik dengan partainya.
Setelah mundur, Sophan Sophiaan seolah menarik diri dari panggung politik nasional. Ia kembali ke dunianya, aktif dalam kegiatan sosial dan sesekali kembali berakting.
Hingga akhirnya ia berpulang dalam sebuah kecelakaan motor pada 17 Mei 2008, saat mengikuti tur "100 Tahun Kebangkitan Nasional".
Kisah yang dibagikan Andy F. Noya menjadi pengingat penting. Sikap Sophan menunjukkan dilema yang sering dihadapi orang-orang idealis di lingkungan yang toksik: memilih terasing atau ikut larut dalam kerusakan.
"Banyak orang yang nggak tahan ketika dia dikucilkan, atau karena daripada dia dikucilkan dia menjadi bagian dari kerusakan yang terjadi," pungkas Andy F. Noya.