Suara.com - Merek air minum dalam kemasan (AMDK) paling legendaris di Indonesia, Aqua tengah menjadi sorotan tajam publik. Kontroversi ini dipicu oleh dugaan ketidaksesuaian narasi iklan perusahaan yang mengklaim menggunakan "air pegunungan murni" dengan temuan di lapangan.
Puncak kegaduhan terjadi usai Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi (KDM) melakukan inspeksi mendadak ke salah satu pabrik Aqua dan membagikan hasilnya melalui kanal YouTube-nya.
Dalam konten yang dengan cepat menjadi viral, KDM terperangah setelah seorang staf perwakilan perusahaan mengonfirmasi, "Ambil airnya dari bawah tanah, Pak."
Temuan ini lantas disimpulkan oleh Dedi Mulyadi bahwa air yang diproduksi berasal dari pengeboran tanah dalam yang masuk kategori sumur pompa dalam, alih-alih dari mata air permukaan atau sungai seperti yang diinterpretasikan publik dari iklan Aqua selama ini.
Pihak perusahaan dalam video tersebut berdalih bahwa air tanah di Jawa Barat dipilih karena dianggap memiliki kualitas terbaik. Isu sensitif ini sontak memantik protes keras dan tuduhan pembohongan publik dari warganet.
Di tengah hiruk-pikuk ini, pertanyaan mendasar kembali mencuat: lantas siapa sebenarnya pemilik Aqua? Simak penjelasan berikut ini.
Pemilik Aqua
![Aqua [https://danone.co.id/]](https://media.arkadia.me/v2/articles/triasrohmadoni/q3E2p0Gv3iGag1KZL80LQiUgIIBYPjd3.png)
Sejarah Aqua berawal dari sosok visioner bernama Tirto Utomo atau bernama asli Kwa Sien Biauw, seorang pengusaha asal Wonosobo. Tirto Utomo mencetuskan ide "gila" untuk memproduksi air mineral dalam kemasan pertama di Tanah Air.
Mengutip situs resmi perusahaan, Aqua pertama kali didirikan pada tahun 1973 dengan nama PT Golden Mississippi. Pabrik pertamanya berlokasi di Pondok Ungu, Bekasi, Jawa Barat. Setahun kemudian, produk pertama Aqua diluncurkan dalam kemasan botol kaca 950 ml dengan harga Rp 75 per botol.
Meski sempat nyaris bangkrut sekitar tahun 1978 karena penjualan yang tersendat dikarenakan banyak yang menganggap aneh membeli air putih, Tirto Utomo justru mengambil langkah berani. Dia justru menaikkan harga hampir tiga kali lipat, sebuah strategi yang ternyata membuahkan hasil, dan omset perusahaan pun melonjak.
Baca Juga: Apa Itu Air Akuifer? Ramai Diperbincangkan Usai Viral Sidak AQUA
Pada tahun 1982, Aqua mulai mengganti sumber airnya dari sumur bor ke mata air pegunungan karena meyakini kandungan nutrisi alaminya. Titik balik besar dalam kepemilikan Aqua terjadi pada tahun 1998, ketika perusahaan raksasa makanan dan minuman asal Prancis, Danone, menjalin aliansi strategis dengan PT Tirta Investama (perusahaan milik Tirto Utomo).
Awalnya Danone masuk sebagai minority shareholder. Namun, seiring berjalannya waktu, kepemilikan saham Danone terus meningkat. Pada tahun 2000, Aqua mulai mencantumkan nama 'Danone' di seluruh produknya.
Dan di tahun 2001, Danone resmi menjadi pemegang saham mayoritas Grup Aqua, menguasai kendali penuh atas perusahaan tersebut. Walau begitu, keluarga pendiri, Tirto Utomo, masih dilaporkan menguasai sekitar 26 persen saham yang menunjukkan warisan lokal masih melekat.
Klarifikasi Danone Indonesia dan Protes Netizen
![Aqua [Instagram/@sehataqua]](https://media.arkadia.me/v2/articles/triasrohmadoni/xsvQSJnEK9jERZYYdBhPILDQctQKnwz1.png)
Sementara itu menanggapi kehebohan yang dipicu oleh temuan KDM dan protes warganet, manajemen Danone Indonesia mengeluarkan klarifikasi resmi. Mereka menyatakan bahwa sumber air yang digunakan berasal dari 19 sumber air pegunungan terlindungi di seluruh Indonesia yang telah melalui kajian ilmiah ketat.
Danone mengakui bahwa airnya bukan diambil dari air permukaan (seperti sungai) atau air tanah dangkal, melainkan dari akuifer dalam yang kedalamannya berkisar antara 60 hingga 140 meter. Menurut Danone, air dari akuifer ini terlindungi secara alami oleh lapisan kedap air sehingga diklaim bebas dari kontaminasi aktivitas manusia dan tidak mengganggu sumber air masyarakat sekitar.
Proses ini juga diklaim telah melalui studi hidrogeologi oleh perguruan tinggi terkemuka seperti UGM dan Unpad. Meski Danone mendefinisikan akuifer sebagai air tanah yang tersimpan di lapisan batuan berpori, dan mengklaim sumbernya 'terlindungi', keraguan publik tetap tinggi.
Warganet menilai adanya ketidakcocokan antara klaim "air pegunungan" dan "disaring oleh lapisan bebatuan pelindung tanpa proses rekayasa" dalam iklan dengan fakta bahwa air tersebut diakses melalui sumur bor dalam.
"Ternyata air aqua bukan dari sumber air pegunungan tpi sumber dari dalem tanah di bor," tulis netizen di Instagram @sehataqua. "Aqua air sumur bor, apa beda nya sama isi ulang yang 5000 an," sentil netizen.
"Tolong gambar botolnya diganti jangan gunung tapi gambar sumur yang ada timbanya," ucap netizen. "Enak Bener ya Bahan baku gratis di Jualnya Mahal,embel-embelnya air pegunungan Tapi ternyata Air Bor," sindir netizen.
Kontributor : Trias Rohmadoni