Bahasa Portugis Masuk Sekolah? Ini Fakta-fakta Mengejutkan Jejak Portugis di Indonesia

M Nurhadi Suara.Com
Sabtu, 25 Oktober 2025 | 06:50 WIB
Bahasa Portugis Masuk Sekolah? Ini Fakta-fakta Mengejutkan Jejak Portugis di Indonesia
Portugis Masuk Menguasai Indonesia (Lisensi Internasional)

Suara.com - Presiden Prabowo Subianto baru-baru ini meminta agar bahasa Portugis masuk dalam mata pelajaran sekolah-sekolah di Indonesia. Hal ini ia sampaikan saat berjumpa Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva.

Sejatinya, Indonesia memiliki hubungan panjang dengan bangsa yang menggunakan Bahasa Portugis.

Sejarah mencatat bahwa bangsa Portugis adalah kekuatan Eropa pertama yang menjejakkan kaki di kepulauan yang kini kita sebut Indonesia.

Kedatangan mereka pada awal abad ke-16 bukan sekadar kunjungan, melainkan awal dari masa penjajahan yang bertujuan utama untuk menguasai perdagangan rempah-rempah.

Rempah-rempah seperti cengkeh dan pala memiliki nilai jual yang sangat tinggi di Eropa, sehingga wilayah Nusantara, khususnya Maluku, menjadi incaran utama.

Pelayaran Portugis yang terkenal diawali oleh Vasco da Gama yang berhasil mencapai India. Titik balik penting menuju Nusantara terjadi pada tahun 1511 ketika armada Portugis di bawah pimpinan Alfonso de Albuquerque berhasil menaklukkan Malaka.

Penguasaan Malaka, yang saat itu merupakan pusat perdagangan strategis, membuka jalan bagi Portugis untuk melangkah lebih jauh ke timur, menuju sumber rempah-rempah yang sebenarnya.

Maluku: Jantung Kekuasaan Portugis

Setelah menguasai Malaka, pada tahun 1512, rombongan Portugis akhirnya tiba di Maluku (Kepulauan Rempah-Rempah). Wilayah ini menjadi area konsentrasi utama kekuasaan Portugis di Nusantara.

Baca Juga: 'Apa Hebatnya Soeharto?' Sentilan Keras Politisi PDIP Soal Pemberian Gelar Pahlawan

Di Maluku, mereka disambut baik oleh Sultan Ternate karena saat itu Ternate sedang bermusuhan dengan Kesultanan Tidore.

Kesempatan ini dimanfaatkan oleh Portugis. Dengan imbalan bantuan militer, Portugis berhasil mendapatkan hak monopoli perdagangan rempah-rempah.

Untuk memperkuat posisinya, Portugis mendirikan benteng, salah satunya yang terkenal adalah Benteng São João di Ternate pada tahun 1522. Benteng-benteng ini berfungsi sebagai pos dagang sekaligus pertahanan militer.

Namun, sikap monopoli yang sewenang-wenang dan upaya penyebaran agama Katolik yang dilakukan misionaris Portugis, seperti Franciscus Xaverius, lama-kelamaan menimbulkan perlawanan dari rakyat setempat.

Puncak konflik terjadi di Ternate. Rakyat Ternate, di bawah kepemimpinan Sultan Baabullah, melancarkan serangan besar-besaran dan berhasil mengusir Portugis dari Ternate pada tahun 1575 setelah benteng mereka dikepung selama lima tahun.

Portugis juga sempat mencoba bersekutu dengan Kerajaan Sunda di Sunda Kelapa (Jakarta) pada tahun 1522. Namun, rencana tersebut digagalkan oleh pasukan Islam dari Demak dan Banten di bawah pimpinan Fatahillah, yang kemudian merebut pelabuhan itu dan mengganti namanya menjadi Jayakarta.

Setelah terdesak dan akhirnya terusir dari Maluku, kekuatan Portugis di Nusantara tidak sepenuhnya hilang. Mereka bergerak ke wilayah lain yang kemudian menjadi basis pertahanan dan aktivitas mereka selanjutnya.

Pindahnya Kekuasaan ke Indonesia Timur

Setelah kekalahan besar di Ternate pada tahun 1575 oleh pasukan Sultan Baabullah, Portugis harus mencari tempat baru untuk melanjutkan aktivitas dagang dan misi mereka.

Ambon

Langkah pertama Portugis setelah terusir dari Ternate adalah memindahkan pusat kegiatan mereka ke pulau Ambon. Di sana, mereka berhasil membangun kembali basis kekuatan mereka dan mendirikan benteng baru, Benteng Nossa Senhora da Anunciada. Namun, keberadaan mereka di Ambon juga tidak bertahan lama.

Seiring berjalannya waktu, persaingan dengan bangsa Eropa lain, terutama Belanda (VOC), semakin ketat. Pada tahun 1605, Belanda berhasil merebut benteng Portugis di Ambon, menandai berakhirnya kendali Portugis di Kepulauan Rempah-Rempah yang utama.

Flores dan Kepulauan Sunda Kecil

Setelah terdesak oleh VOC di Maluku, sisa-sisa kekuatan Portugis mulai bergeser ke arah tenggara, yaitu di gugusan pulau Nusa Tenggara Timur (Kepulauan Sunda Kecil).

Daerah ini menjadi benteng pertahanan terakhir Portugis di Nusantara karena letaknya yang lebih terpencil dan belum sepenuhnya dikuasai oleh VOC. Wilayah yang menjadi fokus utama mereka adalah:

  • Solor: Portugis mendirikan benteng di Pulau Solor, dekat Flores, yang menjadi pusat perdagangan kayu cendana dan basis penyebaran agama Katolik. Namun, benteng ini juga akhirnya direbut oleh Belanda.
  • Pulau Timor: Inilah wilayah yang paling lama dikuasai oleh Portugis di Nusantara. Meskipun Belanda menguasai sebagian besar Indonesia (termasuk Timor Barat), Portugis berhasil mempertahankan separuh bagian timur Pulau Timor, yang kemudian dikenal sebagai Timor Portugis. Kekuasaan mereka di Timor Timur (sekarang Timor Leste) berlangsung sangat lama, hingga tahun 1975.

Dengan demikian, setelah dari Maluku, Portugis berpindah ke Ambon, tetapi akhirnya terdesak ke wilayah Timor dan Flores, di mana mereka berhasil mempertahankan kehadiran mereka selama berabad-abad sebagai kantong kekuasaan terakhir di Nusantara.

Kontributor : Rizqi Amalia

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI