Suara.com - Kabar mengejutkan datang ketika Presiden Prabowo Subianto melawat ke Negeri Jiran. Pemerintah Malaysia meminta maaf setelah insiden salah sebut nama Presiden Prabowo Subianto dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-47 ASEAN.
Bukannya disebut sebagai Prabowo, nama Prabowo justru jadi Jokowi. Salah sebut nama ini dilakukan oleh MC Radio Televisyen Malaysia (RTM) sebagai stasiun penyaiaran publik milik pemerintah Malaysia. Lantas siapa MC Radio Televisyen Malaysia yang salah sebut Prabowo jadi Jokowi?
Sayangnya tidak diketahui siapa nama MC RTM yang salah menyebut nama Prabowo Subianto menjadi Joko Widodo.
Media Malaysia hanya menyebutnya sebagai komentator atau pembawa acara tanpa menegaskan namanya secara spesifik. Hanya saja, Pemerintah Malaysia mengakui hal ini sebagai kesalahan yang serius. Apalagi, penyebutan nama yang salah terjadi di Media Center KTT Asean.
"Departemen Penyiaran Malaysia menyampaikan permohonan maaf yang tulus atas kesalahan yang terjadi selama siaran langsung RTM dalam rangka KTT Ke-47 ASEAN dan pertemuan terkait yang diadakan di Pusat Konvensi Kuala Lumpur (KLCC)," tulis keterangan yang diterima di Kuala Lumpur, Minggu.
Bukan hanya pemerintah Malaysia sebagai penyelenggara KTT ASEAN, pihak RTM pun mengakui bahwa berdasarkan penyelidikan internal, komentator tersebut memang salah mengatakan bahwa Presiden Indonesia adalah Joko Widodo bukannya Prabowo Subianto.
RTM memandang hal sebagai permasalahan serius dan telah mengambil tindakan yang sesuai. RTM dengan ini menyampaikan permohonan maaf kepada Presiden dan Pemerintah Republik Indonesia, serta kepada semua pihak yang terdampak oleh kesalahan ini," tulis keterangan itu. Sebagai tindak lanjut, RTM akan memperkuat pengawasan editorial dan lebih memastikan akurasi informasi yang ditayangkan.
Sementara itu, melansir Sekretariat Kabinet, Presiden Prabowo Subianto
menghadiri sesi retret Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-47 ASEAN yang berlangsung di Kuala Lumpur Convention Centre (KLCC), Malaysia, pada Minggu, 26 Oktober 2025.
Baca Juga: Di KTT ASEAN, Prabowo Ajak Negara Asia Jaga Persaingan Sehat demi Masa Depan Kawasan
Kepala Negara membuka pernyataannya dengan penegasan bahwa persatuan dan sentralitas ASEAN merupakan fondasi utama dalam menjaga stabilitas dan kemandirian kawasan.
“Dunia saat ini terpecah belah. Persaingan semakin tajam. Kepercayaan memudar. Dan tatanan global kehilangan keseimbangan. Dalam lingkungan seperti ini, ASEAN harus tetap bersatu. Persatuan dan sentralitas bukan sekadar kata-kata kunci. Tanpanya, kita berisiko dipecah belah oleh kekuatan-kekuatan yang lebih besar,” ucapnya.
Kekuatan ASEAN, menurut Presiden Prabowo tidak terletak pada konfrontasi, melainkan pada kemampuan untuk terus membangun keterlibatan yang konstruktif dan inklusif. Melalui pendekatan tersebut, Presiden menyampaikan bahwa ASEAN berhasil mengatasi berbagai tantangan di masa lalu.
“Itulah cara ASEAN, dipandu oleh dialog, kesabaran, dan saling menghormati. Melalui pendekatan inilah kita telah mengatasi tantangan di masa lalu dan melalui semangat yang sama kita harus terus bergerak maju,” lanjutnya.
Dalam konteks keamanan maritim, Presiden Prabowo juga menyoroti pentingnya suara kolektif ASEAN untuk menegakkan prinsip hukum laut internasional. “Kita harus terus bersuara satu untuk menegakkan UNCLOS 1982; dan untuk mengupayakan penyelesaian awal kode etik yang efektif dan substantif tahun depan,” tuturnya.
Menutup pernyataannya, Presiden Prabowo pun mengajak seluruh negara anggota ASEAN untuk memperkuat solidaritas dalam menghadapi berbagai tantangan. Kepala Negara turut menegaskan bahwa persatuan ASEAN bukan hanya sebuah slogan, melainkan jalan menuju masa depan yang damai dan sejahtera.