- ITO 2026 jadi ajang arah baru pariwisata Indonesia yang berkelanjutan dan inklusif.
- Investasi pariwisata difokuskan ke destinasi prioritas dengan prinsip ramah lingkungan.
- Industri dorong pariwisata berdaya saing lewat kolaborasi dan praktik hijau.
Injourney kini berfokus pada lima destinasi super prioritas, Borobudur, Danau Toba, Labuan Bajo, Mandalika, dan Likupang, dengan pendekatan pengembangan berbasis atraksi, infrastruktur, konektivitas, serta hospitality yang berkelanjutan.
Tren Baru, Wisata yang Bermakna
Perubahan tren wisata di kawasan Asia Pasifik juga memperlihatkan arah baru yang mendukung pariwisata berkelanjutan.
Menurut riset JLL Indonesia, generasi muda kini lebih memilih wisata berbasis alam, budaya autentik, dan wellness yang memberi makna personal.
“Mereka ingin pengalaman yang dekat dengan alam, sejarah, dan komunitas lokal, bukan sekadar destinasi populer,” jelas Vivin Harsanto, Executive Director JLL Indonesia.
Namun, ia mengingatkan bahwa daya tarik destinasi perlu diimbangi dengan kemudahan akses, konektivitas, dan infrastruktur yang memadai agar wisatawan merasa nyaman.
Kolaborasi untuk Masa Depan
Lebih dari sekadar forum, ITO 2026 menjadi simbol semangat kolaborasi dalam membangun pariwisata Indonesia yang tangguh dan berdaya saing. Pertumbuhan ekonomi tetap menjadi tujuan, namun harus seiring dengan tanggung jawab sosial dan pelestarian lingkungan.
Dengan dukungan Kemenparekraf, Artotel Group, Indofood, Kokola, Tekko, dan InJourney Hospitality, ITO 2026 menegaskan bahwa masa depan pariwisata Indonesia hanya dapat diwujudkan melalui sinergi, menuju ekosistem yang lestari, inklusif, dan menguntungkan bagi semua.
Baca Juga: Jakarta Running Festival Bukan Cuma Lari! Ada Edukasi Daur Ulang dan Aksi Nyata Tanam Mangrove