Indonesia Darurat Bullying 2025: Satu Sekolah di Bandung Temukan Solusi Brilian!

Dinda Rachmawati Suara.Com
Minggu, 02 November 2025 | 10:54 WIB
Indonesia Darurat Bullying 2025: Satu Sekolah di Bandung Temukan Solusi Brilian!
Ilustrasi Bullying
Baca 10 detik
  • Kasus bullying marak di sekolah Indonesia, namun SMPN 43 Bandung menghadirkan solusi lewat aplikasi Bejakeun yang memungkinkan laporan anonim dan meraih penghargaan internasional.
  • Fenomena perundungan meningkat, tapi inovasi Bejakeun dari SMPN 43 Bandung membawa harapan dengan sistem pelaporan digital yang diakui di Asia Pasifik.
  • Melalui Bejakeun, SMPN 43 Bandung membuktikan teknologi bisa melawan bullying dan menciptakan sekolah yang lebih aman bagi siswa

Suara.com - Tahun 2025 menjadi tahun penuh keprihatinan bagi dunia pendidikan Indonesia. Di tengah geliat transformasi digital dan kemajuan teknologi di sekolah, publik justru dikejutkan oleh gelombang kasus bullying yang terus bermunculan dan viral di media sosial.

Dari murid sekolah dasar hingga siswa menengah atas, potret kekerasan di lingkungan pendidikan kian menyesakkan. 

Mulai dari kasus siswi SMP di Muratara, Sumatera Selatan, yang dianiaya teman sekelasnya; siswi MTS di Konawe, Sulawesi Tenggara, yang mengalami cedera akibat kursinya ditarik; hingga tragedi siswa SMP di Grobogan, Jawa Tengah, yang meregang nyawa karena dugaan perundungan, semuanya menjadi cermin buram wajah pendidikan kita.

Di berbagai daerah seperti Polewali Mandar dan Palopo, Sulawesi, kisah serupa terus bermunculan. Masing-masing meninggalkan jejak trauma yang dalam, bukan hanya bagi korban, tetapi juga bagi dunia pendidikan yang seharusnya menjadi ruang tumbuh yang aman dan penuh kasih.

Fenomena ini menegaskan bahwa bullying bukan lagi sekadar “kenakalan remaja”. Ia telah menjelma menjadi bentuk kekerasan serius yang mengancam masa depan generasi muda Indonesia, membunuh karakter, mematikan semangat, dan menorehkan luka batin yang kerap tak terlihat.

“Bejakeun”: Ketika Inovasi Menjadi Cahaya

Namun di tengah gelapnya persoalan ini, secercah harapan muncul dari Bandung. SMP Negeri 43 Bandung menjadi contoh nyata bagaimana teknologi bisa menjadi jembatan menuju lingkungan belajar yang lebih aman.

Sekolah ini meluncurkan Bejakeun, dari bahasa Sunda yang berarti laporkan sebuah aplikasi digital yang memungkinkan siswa melaporkan tindakan perundungan secara anonim. 

Melalui aplikasi ini, siswa dapat mengunggah bukti berupa foto atau video, sekaligus memperoleh informasi edukatif tentang berbagai bentuk bullying sesuai dengan Permendikbud No. 46 Tahun 2023.

Baca Juga: Bullying, Kasta Sosial, dan Anak Oknum dalam Manhwa Marked By King BS

“Setiap laporan yang masuk langsung diteruskan ke tim Penanganan dan Pencegahan Tindak Kekerasan (PPTK) sekolah untuk ditindaklanjuti,” ujar Asep Ramdani, mantan Kepala SMPN 43 Bandung. 

Ia menyebut aplikasi ini digagas sejak 2023 oleh seorang guru agama di sekolah tersebut, berawal dari keprihatinan melihat masih banyak siswa yang takut bersuara ketika menjadi korban.

Langkah kecil itu kini bergema hingga kancah internasional. Lewat ajang AIA Healthiest Schools, Bejakeun berhasil mengungguli lebih dari 3.000 sekolah di tingkat nasional dan meraih penghargaan AIA Outstanding Mental Wellbeing Award di tingkat Asia Pasifik, mengalahkan sekolah-sekolah dari delapan negara lain.

Atas prestasi tersebut, SMPN 43 Bandung mendapatkan hadiah sebesar 15.000 dolar AS sebagai bentuk apresiasi atas inisiatif teknologi yang mendukung kesehatan mental dan keamanan siswa.

Keberhasilan Bejakeun memberi pesan penting: pencegahan bullying bukan tanggung jawab individu semata, melainkan hasil kolaborasi seluruh ekosistem pendidikan, guru, orang tua, dan komunitas.

Sekolah perlu memiliki kebijakan anti-bullying yang jelas, ruang aman bagi siswa untuk bercerita, serta layanan konseling yang tidak menghakimi. 

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI