- Soto Betawi masuk dalam 10 besar sup terbaik dunia versi Taste Atlas.
- Muncul pada awal abad ke-20 di Batavia, hidangan ini merupakan hasil akulturasi budaya.
- Ciri khasnya terletak pada kuah kental perpaduan santan dan susu, isian daging dan jeroan, serta rempah melimpah.
Suara.com - Ketika berbicara tentang khazanah kuliner Indonesia, tak lengkap rasanya tanpa menyebut Soto Betawi.
Hidangan berkuah kental nan gurih ini bukan hanya ikon kuliner Ibu Kota, tetapi juga telah menorehkan namanya di kancah internasional.
Sepanjang tahun 2025, Soto Betawi berhasil masuk dalam 10 besar sup terbaik dunia versi Taste Atlas, sebuah pengakuan yang menegaskan keistimewaan rasanya yang tak tertandingi.
Lantas, bagaimana sebenarnya asal-usul dan perjalanan Soto Betawi hingga menjadi sup kebanggaan yang digemari banyak orang? Simak artikel berikut.
Jejak Sejarah yang Kaya di Tanah Batavia
Soto Betawi diperkirakan mulai dikenal pada awal abad ke-20, saat Jakarta masih bernama Batavia. Kemunculannya tak lepas dari dinamika kota pelabuhan yang menjadi titik temu berbagai budaya.
Masyarakat Betawi sendiri merupakan perpaduan unik dari beragam etnis, termasuk Tionghoa, Arab, dan Eropa, yang semuanya turut memperkaya warisan kuliner lokal.
Tradisi soto, sebagai hidangan berkuah dengan isian daging dan jeroan, diyakini berasal dari pengaruh Tionghoa.
Kata "soto" sendiri diduga berasal dari istilah Hokkian, "cau do", "jao to", atau "chau tu", yang merujuk pada jeroan berempah.
Baca Juga: 3 Resep Menu Buka Puasa Lezat ala Shireen Sungkar, Masaknya Cuma Butuh 30 Menit

Seiring waktu, hidangan ini beradaptasi dengan lidah dan bahan-bahan lokal, menciptakan varian-varian soto yang khas di setiap daerah, termasuk di Batavia.
Soto Betawi, dengan kuahnya yang kaya dan isiannya yang melimpah, menjadi representasi sempurna dari akulturasi budaya yang dinamis di kota metropolitan ini.
Siapa di Balik Nama "Soto Betawi"?
Meskipun hidangan serupa soto sudah diperdagangkan sejak lama di Batavia, nama "Soto Betawi" baru dikenal luas oleh masyarakat umum pada sekitar tahun 1977-1978.
Sebelum era tersebut, para penjual soto biasanya menamai dagangan mereka berdasarkan nama pribadi, seperti 'Soto Bang Jaka' atau 'Soto Pak Udin'.
Melansir dari RRI, adalah Lie Boen Po, seorang penjual soto keturunan Tionghoa, yang pertama kali secara eksplisit menggunakan istilah "Soto Betawi" untuk soto dagangannya di Prinsen Park (kini THR Lokasari).