- Jamu kini berkembang menjadi simbol budaya yang menyatukan kesehatan, kreativitas, dan identitas bangsa.
- Transformasi ini tercermin dalam berbagai perayaan dan festival yang menyoroti peran jamu sebagai bagian dari gaya hidup modern.
- Melalui rangkaian acara bertema pahlawan, jamu kembali diangkat sebagai warisan Nusantara yang tetap relevan dan membanggakan.
Suara.com - Jamu tidak lagi sekadar minuman tradisional yang identik dengan masa lalu. Dalam beberapa tahun terakhir, jamu tampil sebagai ikon budaya yang terus berevolusi: menghubungkan kesehatan, kreativitas, dan identitas bangsa dalam satu napas.
Generasi muda mulai melihat jamu bukan hanya sebagai ramuan herbal, tetapi juga sebagai simbol gaya hidup holistik, seni, dan kebanggaan akan warisan Nusantara yang tetap relevan di era modern.
Perayaan transformasi budaya jamu ini tercermin kuat dalam gelaran Acaraki Jamu Festival 2025 edisi “Pahlawan”, yang berlangsung di Taman Fatahillah, Kota Tua Jakarta.
Momentum Hari Pahlawan Nasional menjadi panggung ideal untuk menghadirkan narasi tentang perjuangan menjaga warisan leluhur—sebuah penghormatan bagi pelaku budaya, pekerja harian, hingga masyarakat yang menjaga tradisi jamu tetap hidup di tengah perubahan zaman.
Melalui edisi “Pahlawan”, festival menegaskan bahwa jamu adalah ikon budaya yang menyatukan kearifan lokal, kesehatan, dan jati diri bangsa.
Salah satu simbol terkuatnya adalah figur Mbok Jamu, perempuan yang dengan keteguhan hati merawat tradisi menyembuhkan, menenangkan, dan menguatkan melalui racikan alam.
Di tahun ini, festival juga menjadi ruang pertemuan lintas sektor yang menghubungkan dunia kesehatan, seni, pariwisata, hingga ekonomi kreatif.
Semua berpadu menghadirkan pengalaman yang membuat jamu beresonansi lebih luas, tidak hanya sebagai minuman, tetapi sebagai identitas budaya yang terus bergerak.
Dengan lebih dari 400 peserta, festival menghadirkan berbagai aktivitas yang menonjolkan nilai perjuangan dan kecintaan pada budaya Nusantara.
Baca Juga: Pemprov Sumut Dorong Ulos Mendunia, Masuk Daftar Warisan Budaya Dunia UNESCO
Upacara pembukaan dimulai dengan pengibaran bendera dan lantunan Indonesia Raya menggunakan gramofon klasik, menciptakan suasana historis yang menyentuh.
Fun Walk 2.5K & Legowo Stations mengajak peserta menelusuri rute bersejarah dan titik budaya jamu.
Peluncuran karya “Shadow of The Light” oleh Woro Mustiko mempertemukan orkestra Barat dengan instrumen tradisional Indonesia dan vokal sinden, menunjukkan bagaimana tradisi bisa menginspirasi karya kontemporer.
Heroes Appreciation Stage memberikan penghargaan kepada sosok-sosok yang bekerja dalam bayangan namun menjadi cahaya bagi banyak orang mulai dari Mbok Jamu, pengemudi ojek online, petugas PPSU, hingga seniman Kota Tua.
Ada pula Karnaval Permainan & Estafet Nusantara yang menghidupkan kenangan masa kecil lewat permainan tradisional, serta Petisi Aksara Nusantara yang mendorong pelestarian aksara tradisional Indonesia sebagai identitas visual bangsa.
Lewat festival ini, jamu kembali berbicara: bukan hanya tentang rasa dan ramuan, tetapi tentang cerita perjuangan, budaya, dan identitas.