-
- Ruang digital makin berisiko, terutama bagi generasi muda yang harus menghadapi hoaks, polarisasi, dan kaburnya batas privat–publik.
- Kemkomdigi menegaskan literasi digital sebagai kebutuhan dasar, menyoroti pentingnya kemampuan bercerita, memahami konteks unggahan, dan memverifikasi informasi A1.
- Indonesia.go.id memperkuat peran sebagai kanal informasi kredibel, lewat program Goes to Campus yang membekali mahasiswa etika, kreativitas, dan kemampuan menghadapi era AI.
Suara.com - Ruang digital hari ini berkembang menjadi arena yang serba cepat dan tak jarang berbahaya. Satu unggahan dapat membuka peluang, namun dalam sekejap juga bisa menjatuhkan reputasi seseorang.
Media sosial yang awalnya dimaknai sebagai ruang berekspresi, kini juga menjadi ladang subur bagi hoaks, ujaran kebencian, dan polarisasi yang mudah menyebar tanpa filter.
Masalahnya, batas antara ruang privat dan ruang publik kian kabur. Bagi generasi muda yang tumbuh bersama internet, kemampuan membaca konteks dan memahami konsekuensi setiap unggahan menjadi tantangan tersendiri.
Di tengah derasnya informasi, kesalahan kecil sering berbuntut dampak sosial yang besar, mulai dari perundungan digital hingga penyebaran misinformasi yang sulit dibendung.

Kesadaran atas kondisi ini mendorong Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) memperkuat literasi digital publik, terutama di kalangan anak muda.
Direktur Jenderal Komunikasi Publik dan Media (KPM) Kemkomdigi, Fifi Aleyda Yahya, menegaskan bahwa literasi digital bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan dasar dalam menjaga ruang digital yang sehat.
“Dalam ruang digital di mana setiap orang dapat bereaksi dan berbagi, satu kesalahan kecil bisa memicu resonansi sosial yang besar. Namun ruang yang sama juga menyimpan potensi luar biasa untuk berkarya dan memperkenalkan nilai-nilai kebangsaan,” ujar Fifi saat membuka kegiatan Indonesia.go.id Goes to Campus: Your Story, Our Nation di Universitas Dr. Soetomo, Surabaya, dalam keterangannya baru-baru ini.
Fifi menekankan tiga pilar penting untuk memperkuat masyarakat: kemampuan bercerita dan menulis pesan publik yang relevan; kompetensi komunikatif digital untuk memahami konteks dan konsekuensi unggahan; serta kedisiplinan memverifikasi informasi dari sumber utama atau A1.
Di tengah banjir informasi, peran kanal kredibel seperti Indonesia.go.id menjadi penting. Portal ini tidak hanya menyajikan informasi resmi pemerintah, tetapi juga menjalankan fungsi jurnalisme pemerintah yang akurat, kontekstual, dan dirancang sebagai rujukan A1 bagi masyarakat dan media.
Baca Juga: Generasi Muda dan Konser Musik: Bukan Sekadar Arena Hiburan, Tapi Tempat Refleksi Diri
Kegiatan Goes to Campus tersebut menghadirkan narasumber lintas sektor, penulis dan jurnalis senior Fenty Effendy, akademisi Nur’annafi Farni, serta konten kreator Hari Obbie. Mereka memberikan panduan praktis mengenai etika, kreativitas, berpikir kritis, hingga adaptasi terhadap teknologi AI yang semakin canggih.
Farni mengingatkan pentingnya menerapkan “Aturan 3S”: Saring sebelum Sharing, Santun berkomentar, dan Sadari Jejak Digital.
Sementara Hari Obbie mendorong generasi muda untuk aktif menjadi produsen konten positif yang dapat menggeser algoritma ke arah yang lebih sehat.
Kegiatan ini diikuti 300 mahasiswa secara luring dan 300 peserta secara daring dari berbagai daerah.